Liputan6.com, Aljazair Menipisnya kandungan minyak di dalam negeri membuat PT Pertamina (Persero) memutar otak untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan minyak masyarakat Indonesia.
Salah satu usaha Pertamina untuk adalah dengan melebarkan sayap ke luar negeri. Pertamina melakukan pencarian minyak dan gas bumi (migas) pada lapangan-lapangan migas yang berada di negara yang memiliki banyak kandungan migas, salah satunya Aljazair, Afrika Utara.
Liputan6.com, berkesempatan menyambangi salah satu lapangan minyak yang digarap Pertamina di Aljazair, tepatnya lapangan Menzel Lejmat North (MLN) bagian dari Blok‎ 405a.‎ Lapangan tersebut berada di tengah Gurun Sahara, berjarak 200 kilometer (Km) dari Libya dan 800 Km dari Aljazair.
Advertisement
Untuk menuju lapangan tersebut, perjalanan harus ditempuh dengan pesawat udara dari Bandara Internasional Aljazair ke Bandara ‎Hassi messaoud Krim Belkacem‎ dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Setelah mendarat, perjalanan kembali dilanjutkan dengan pesawat charter berkapasitas 17 penumpang untuk menuju ke bandara kecil di lapangan MLN dengan waktu tempuh 1 jam.
Pemandangan padang pasir berbukit menjadi suguhan sepanjang perjalanan. Bentangan pipa yang mengalirkan minyak dari sumur-sumur minyak ke fasilitas pengelolaan dan penyimpanan juga jadi pemandangan menarik.
Terdapat ‎10 sumur produksi dan 10 sumur injeksi pada lapangan migas tersebut. Minyak dialirkan melalui pipa sepanjang 38 Kilo meter (Km) ke fasilitas penyimpanan minyak.
Pertamina memiliki keistimewaan dalam‎ mengelola lapangan tersebut, karena memiliki peran sebagai operator, setelah mengambil alih dari Conoco Phillips pada 2014.‎ Artinya, Pertamina menjadi pemimpin MLN. Hal ini adalah yang pertama kalinya dalam kegiatan hulu Pertamina di luar negeri.
‎‎Lapangan yang pengelolaannya diserahkan ke ‎Pertamina Algeria EP di bawah naungan anak usahanya PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP‎). Prestasi Pertamina dalam mengelola lapangan tersebut cukup cemerlang‎ dengan keberhasilan dalam meningkatkan produksi minyak dari 15 ribu barel per hari menjadi 18 ribu barel per hari.
Bandara di lapangan MLN sangat sederhana, hanya berupa landasan pacu yang terbuat dari hamparan gipsum. Kemudian perjalanan dilanjutkan melewati jalur darat sekitar 15 menit untuk tiba di fasilitas lapangan LMN‎. ‎Perjalanan dalam balutan suhu 30 derajat c‎elcius pun akhirnya terhenti di kantor. Selain kantor, ada juga barak pekerja yang terdiri dari 200 kamar.
selanjutnya
Di luar dugaan, ternyata lokasi tersebut seperti oase di tengah padang pasir, jauh dari kesan gersang, karena dikelilingi berbagai tumbuhan dan taman dengan rerumputan nan hijau. Terdapat juga kolam ikan sebagai pelengkap keasrian kantor ini.
Selain itu, juga terdapat beragam fasilitas yang disediakan untuk memanjakan pekerja meredakan penat setelah beraktivitas mencari migas.‎ Fasilitas tersebut di antaranya kolam renang, lapangan futsal, dan lapangan basket.
Karena letaknya di tengah padang pasir dan dekat dengan negara tetangga, Libya yang notabene adalah negara konflik, untuk menjaga keamanan pekerja, disiapkan dua ruang perlindungan dengan pintu baja tebal dan dinding yang kokoh. Ruangan yang berisi logistik untuk 2 hari, peralatan sehari-hari, ruang tamu, kamar tidur dan Kamar mandi, juga terdapat fasilitas telepon yang bisa digunakan pekerja. Ruangan tersebut hanya bisa dibuka oleh militer Aljazair, setelah kondisi dinyatakan aman.
‎
Saat ini terdapat 300 pekerja, terdiri dari 20 persen pekerja Pertamina 80 persen pekerja Perusahaan minyak nasional Aljazair Sonatrach. Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di lapangan ada terdapat 13 orang.
Salah satunya, ‎Aznaldi Augustia, yang juga menjabat sebagai Operating Manager Lapangan MLN. Mencari minyak di tengah gurun bukan hal yang mudah, banyak tantangan yang dihadapi, salah satunya kondisi alam ‎yang sulit diprediksi seperti suhu yang meningkat hingga 58 derajat celcius atau badai gurun yang memaksa kegiatan harus berhenti.
Aznaldi yang mulai ditugaskan di lapangan MLN sejak September 2015 mengungkapkan suka duka dalam menjalankan tugasnya memimpin tim pencari migas di tengah padang Sahara.
Dia menyebutkan, duka timbul karena bekerja jauh dari keluarga yang bermukim di Jakarta, terlebih jika salah satu keluarga ada yang sakit. Dia tidak bisa begitu saja pulang untuk menengok.
‎"Kalau anak sakit atau segala macam nggak bisa berbuat banyak, ya sudah serahkan ke istri," ucap bapak beranak satu ini.
‎Dia melanjutkan, untuk sukanya adalah keberhasilan mengelola lapangan MLN dengan meningkatnya produksi minyak, hal tersebut akan memberikan nama harum bagi Pertamina dan dirinya.
‎"Begitu sukses ada kepuasan sendiri, baik untuk nama Pertamina dan nama saya sendiri," ungkapnya.
Guna mengobati rindu kampung halaman, putra minang tersebut kerap memasak masakan khas Indonesia, seperti nasi goreng, kentang dan telur balado. Hasil masakannya pun digemari para pekerja yang jelas memiliki selera lidah berbeda. Bakat memasaknya pun ia tularkan ke koki yang ada di lapangan tersebut.
"Masakan kita luar biasa, kalau tinggal di sini baru merasakan betapa nikmatnya tinggal di Indonesia, apa aja ada," tutup Aznaldi.
Advertisement