Sanca, Kendaraan Militer Anti-Ranjau Pertama di Indonesia

Pindad telah keluarkan koleksi kendaraan militer, antara lain Anoa, Komodo, dan Badak.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Nov 2016, 14:57 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2016, 14:57 WIB
(Foto: Liputan6.com/Ilyas I)
Kendaraan Anti Ranjau

Liputan6.com, Jakarta - PT Pindad (Persero) tidak hanya meluncurkan produk terbarunya, tank boat. Pada hari kedua Indo Defence 2016, Pindad kembali meluncurkan produk terbarunya. Hanya saja kali ini digunakan di darat.

Sanca merupakan kendaraan militer terbaru buatan Pindad yang didesain khusus untuk anti ranjau, atau serangan-serangan di dasar tanah.

Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengungkapkan koleksi kendaraan militer yang diproduksi Pindad bertambah dengan peluncuran Sanca. Sebelumnya, Pindad telah mengeluarkan Anoa, Komodo, dan Badak.

‎"Kita awalnya punya komodo, tapi kapasitasnya hanya 12. Ini lebih banyak dari itu. Kemudian dilengkapi sistemnya anti-ranjau," kata Abraham saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).

Sanca ini merupakan jenis kendaraan Thales Bushmaster yang sudah teruji keandalannya di dunia. Sebenarnya, beberapa negara sudah memproduksi kendaraan militer layaknya Sanca, sebut saja Australia. Hanya saja ini pertama kalinya Indonesia juga bisa memproduksinya.

Abraham mengungkapkan, Kopassus memiliki beberapa kendaraan tersebut hingga kini, hanya saja bukan produksi dari dalam negeri. Oleh karena itu, Kopasus‎ menjadi salah satu pihak yang menyatakan minatnya untuk membeli Sanca demi meningkatkan kemampuan mereka.

‎Kendaraan seperti ini, kata Abraham, telah terbukti keandalannya saat perang di Irak, Afganistan, dan Afrika. "Hanya saja kita sedikit modifikasi desainnya, kita sesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang tidak ada perang," ujar Abraham.

Hingga kini, Sanca masih dalam tahap uji kelayakan. Pindad dan Thales Australia sudah menciptakan prototipe untuk tahap pengujian tersebut. "Kalau tahap pengujian selesai, langsung kita produksi secara komersil. Saya harapkan 2017 sudah bisa produksi," tutur Abraham. (Yas/Ahm)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya