Tanggapan Sri Mulyani soal Pemilu AS

Pemilihan Presiden Amerika Serikat akan dilakukan pada Selasa 8 November 2016 waktu Washington DC.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 07 Nov 2016, 19:55 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2016, 19:55 WIB
20161013-POSTUR-KEBUTUHAN-ANGGARAN-PERTAHANAN--jakarta-JT4
Menteri Keuangan Sri Mulyani berbincang sebelum melakukan Rapat Kerja dengan Komisi I DPR di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/10). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tak khawatir, pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung di Amerika Serikat (AS) berdampak ke Indonesia. Menurut dia, pemerintah akan menghormati segala keputusan dari hasil pemilu tersebut.

"Kalau dampaknya internasional, sebagai negara, apapun yang dilakukan kita hormati saja. Itu kehendak mereka," kata dia dalam acara Rapat Pimpinan Nasional X Direktorat Jenderal Pajak (DJP) 2016, di Jakarta, Senin (7/11/2016).

Sri Mulyani menuturkan, pemilu merupakan sebuah proses demokrasi yang hasilnya akan diterima oleh warga Negeri Paman Sam tersebut.

"Kalau pemilu Amerika, silakan penduduk Amerika mereka melakukan votingnya, apapun hasilnya demokrasi di sana," ungkap dia.

Untuk diketahui, pemilu AS akan digelar pada Selasa 8 November 2016 waktu Washington DC. Dengan pesta demokrasi itu, maka warga AS menentukan pemimpin baru mereka.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani berharap pemilu AS akan memberikan dampak positif bagi perdagangan serta investasi antara AS dan Indonesia.

Dia menuturkan, kedua kandidat yakni Hillary Clinton dan Donal Trump sama-sama memiliki visi dan misi yang baik untuk negaranya.

"Kalau kebijakan-kebijakan akan kita lihat baik Hillary Clinton dan Donald Trump mempunyai solusi masing-masing," ujar dia.

Rosan berpendapat, secara pengalaman Hillary diuntungkan karena pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS yang diyakini memiliki pemahaman yang lebih baik dari hubungan politik dan ekonomi dengan negara lain.

"Ya kalau Hillary kan dulu memang background-nya menteri luar negeri jadi kita lihat mungkin lebih memahami dari segi politik dan ekonominya," ujar dia. (Amd/Ahm)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya