Liputan6.com, Jakarta - Ketika warga negara Amerika Serikat memberikan suaranya dalam pemilihan presiden Amerika Serikat  (pilpres AS) pada Selasa, 8 November 2016 waktu Washington, DC, sebenarnya ada ratusan pemilu lain untuk memilih kepala-kepala daerah di berbagai tingkatan, pemilihan hakim-hakim baru, bahkan pemilihan penyelia distrik-distrik sekolah publik.
Meminjam istilah Chargé D’Affaires (Plt Duta Besar) Kedubes AS Brian McFeeters dalam pertemuan dengan media di Jakarta pada Kamis 3 November 2016, seorang pemilih seperti membawa pulang setumpuk pekerjaan rumah (PR) yang harus dipelajari dari berbagai calon dalam beberapa pemilu serentak yang berbarengan dengan pilpres.
Advertisement
Baca Juga
Khusus untuk pilpres, maka pilpres ASÂ dilakukan secara elektoral, sehingga, ketika seorang kandidat menang di suatu negara bagian, negara bagian itu langsung dinyatakan dimenangkan oleh partai pengusung calon tanpa memandang apakah kemenangan hanya berselisih beberapa ribu suara.
Sebagai perbandingan, pemilu di Indonesia dilakukan secara langsung, bukan melalui tingkat elektoral. Suara yang diberikan oleh pemilih AS diberikan kepada 'elektor' yang akan memilih kandidat sesuai dengan yang dipilih oleh pemberi suara.
Jumlah elektor ditentukan oleh jumlah perwakilan di Kongres, ditambah dengan Senat. Misalnya, negara bagian Pennsylvania memiliki 20 electoral college. Jadi, kandidat yang mendapat 51 persen suara--menang tipis--mendapatkan seluruh 20 electoral college itu. Dengan demikian, seorang kandidat yang memenangkan suara populer (popular vote) belum tentu menang secara elektoral.
Dalam pilpres 2016, diperlukan 270 electoral college agar seorang capres AS agar memenangkan pemilu secara nasional. Namun demikian, John E. Johnson, Atase Pers di Kedubes AS di Jakarta, menjelaskan pada kesempatan jumpa pers Kamis bahwa sejauh ini tidak satupun capres AS diduga bisa meraih kemenangan di 270 electoral college. Bahkan, dugaan perolehan electoral college untuk Hillary Clinton pun masih berkisar pada angka 228.
Dalam keadaan demikian, maka pemilih berayun (swing vote), yaitu mereka yang masih pikir-pikir dulu tentang pilihan hingga saat-saat terakhir, akan menjadi penentu kemenangan.