Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta kepada pelaku pasar atau investor untuk tidak takut menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia. Fundamental ekonomi negara ini masih membaik dan kinerja perusahaan terbuka atau emiten nasional masih mencetak untung.
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengatakan, koreksi pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 6 persen selama dua hari perdagangan (11 dan 14 November ini) masih memposisikan IHSG di peringkat nomor dua di dunia.
Baca Juga
"Indeks kita masih nomor dua di dunia dengan pertumbuhan 11,49 persen year to date. Di bawah Thailand yang tumbuh 16,03 persen, sedangkan yang lain tumbuh negatif," ujarnya di Jakarta, Senin (14/11/2016).
Advertisement
Pelemahan ini, kata Tito wajar karena IHSG mengalami kenaikan paling tinggi hingga mencapai pertumbuhan 19 persen di kawasan Asia Tenggara dan Asia, mengalahkan Thailand yang sebesar 15,5 persen.
"Kondisi ini berbeda dengan 1998 dan 2008, di mana perusahaan rugi semua, sektor riil jeblok, rupiah melemah signifikan. Tapi sekarang rupiah masih apresiasi 3 persen, secara tahunan kita juga masih surplus di pasar modal Rp 27-28 triliun," jelasnya.
Di lihat dari fundamental emiten di pasar modal Indonesia, diakui Tito masih sangat sehat. Pergerakan saham stabil, perusahaan masih mencetak keuntungan, pertumbuhan kinerja emiten sangat baik. Hal ini ditandai dengan 10 emiten seperti HMSP, TLKM, BBC, UNVR, ASII, BBRI, BMRI, GGRM, ICBP, dan BBNI mempunyai basis pasar domestik yang kuat sekali.
"Rata-rata profit 10 emiten ini 11,85 persen, dan revenue 6,42 persen. Setahun profitnya 15 persen, mana ada negara lain yang setinggi ini. Jadi jangan takut ke pasar modal, ini beda dengan kasus 1998 di mana fundamental perusahaan jebol," tegas Tito.