Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada perdagangan Kamis, dipicu kenaikan dolar imbas dari bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserved yang menaikan suku bunganya.
Pada awal perdagangan, harga minyak turun ke level terendah sejak sepekan, seperti dilansir dari CNBC, Jumat (16/12/2016).
Baca Juga
Dolar naik ke level tertinggi dalam 14 tahun terhadap sejumlah mata uang lain setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade terakhir pada Rabu kemarin.
Advertisement
Kenaikan dolar, yang mana merupakan alat pembayaran minyak, cenderung memukul permintaan dan membuat pembelian bahan bakar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Harga minyak acuan dunia, Brent naik 18 sen ke level US$ 54,08 per barel, turun 14 sen pada penutupan perdagangan terakhir kemarin. Sementara harga minyak acuan West Texas Intermediate turun 13 sen ke level US$ 50,90 per barel.
"Brent mengetes level US$ 53 per barel dan sekarang kita melihat ada pembelian karena ada terlalu banyak optimisme karena pasar menungggu bagaimana pemangkasan produksi OPEC berhasil," kata Troy Vincent, Analis Minyak di ClipperData.
OPEC dan produsen lain dipimpin oleh Rusia telah berjanji untuk memangkas produksi ke hampir 1,8 juta barel per hari seabagai upaya untuk menghilangkan kelebihan pasokan yang menjatuhkan harga.
Perusahaan minyak nasional di Arab Saudi, Kuwait dan Abu Dhabi mengatakan konsumennya di Asia bagwa mereka akan mengurangi pasokan. Arab saudi mengatakan konsumen Amerika Serikat dan Eropa, bahwa mereka akan mengurangi pengiriman minyak dan pedagang mengatakan anggota OPEC lainnya pun akan melakukan hal yang sama.