Jokowi: Tarif Listrik Kita Jangan Lebih Mahal dari Negara Lain

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan penurunan harga listrik dari pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT)

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Des 2016, 13:52 WIB
Diterbitkan 27 Des 2016, 13:52 WIB
20161207-Presiden Jokowi Serahkan DIPA 2017-Jakarta
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sambutan saat penyerahan Daftar Isian Penyelenggaraan Anggaran (DIPA) 2017 dan Anugerah Dana RAKCA 2016 bagi Daerah Berkinerja Baik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/12). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan penurunan harga listrik dari pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Sehingga, harganya tidak jauh lebih mahal dari negara tetangga.

Jokowi mengatakan, listrik adalah untuk membangun masyarakat, dan menentukan daya saing industri. Karena itu dia ingin harga listrik dari pembangkit harganya harus murah khususnya dari pembangkit yang bersumber EBT. Itu akan mempengaruhi tarif listrik ke pengguna yang berujung pada pengurangan biaya produksi.

"Saya hanya minta, karena listrik ‎itu menyangkut daya saing kita selain untuk membangun masyarakat, tetapi untuk Industri memiliki daya saing," kata Jokowi, ‎saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Lahendong Unit 5 dan 6, di Topaso Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu (27/12/2016).

Jokowi menegaskan, jangan sampai harga listrik di Indonesia lebih mahal dengan negara lain, khususnya dengan negara tetangga.‎ Karena kenyataanya saat ini harga listrik dari pembangkit berbasis EBT masih jauh lebih tinggi dari negara tetangga.

Dia menggambarkan, listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ‎di Indonesia sebesar  7 sen per Kilo Watt hour (kWh), sedangkan di Sarawak Malaysia harganya hanya  2 sen per kWh. Selain itu harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Uni Emirat Arab  2,9 sen per kWh, sedangkan di Indonesia mencapai 14 sen per kWh.

‎"Jangan sampai listrik kita lebih mahal dari negara lain, contoh PLTS di Sarawak, saya dapat informasi 2 sen, di kita 7 sen. Tenaga surya, di Uni Emirat Arab 2,9 sen di kita14 sen,"‎ papar Jokowi.

Jokowi pun menyayangkan kondisi harga listrik dari pembangkit berbasis EBT di Indonesia‎ masih jauh lebih mahal ketimbang negara lain, padahal Indonesia memiliki banyak sumber EBT, jika harga listrik tersebut bisa turun maka akan meningkatkan daya saing Indonesia.

"Padahal air kita melimpah, sungai melimpah, ada Mahakam, Musi, Bengawan Solo, kalau di situ dibangun bisa  2 sen, di situ daya saing Indonesia bisa loncat naik," tutup Jokowi.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya