Menilik Lonjakan Harta Emirsyah Satar Selama di Garuda Indonesia

Emirsyah Satar ditetapkan menjadi tersangka kasus suap pembelian pesawat Airbus A-330 bermesin Rolls-Royce.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 19 Jan 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2017, 18:00 WIB
Mantan Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan bekas Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, sebagai tersangka dugaan suap pembelian pesawat Airbus A330 (AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar menjadi tersangka kasus suap pembelian pesawat Airbus A-330 bermesin Rolls-Royce. Berapa total kekayaan pria yang akrab disapa Emir ini?

Dikutip dari situs Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), kekayaan Emir tercatat di tahun 2002 sebesar Rp 4.622.010.215 miliar harta dalam bentuk mata uang dolar sebesar US$ 122.536. Kala itu Emir menjabat sebagai Direktur Keuangan BUMN maskapai tersebut.

Kekayaan Emir melonjak lebih dari Rp 11 miliar di tahun 2006. Saat melaporkan harta kekayaannya, Emir sudah menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia. Kekayaan Emir mencapai Rp 16.495.431.560 miliar ditambah US$ 318.046.

Di tahun 2010, Emir kembali melaporkan hartanya ke LHKPN. Tercatat kekayaan Emir kembali naik sekitar Rp 3,4 miliar. Total harta kekayaan Emir sebesar Rp 19.963.866.866 ditambah dolar sebanyak US$ 186.416.

Terakhir, Emir melaporkan harta di tahun 2013 saat masih menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia. Dalam LHKPN milik Emir, tercatat per laporan tahun itu, dirinya memiliki total harta senilai Rp 48.738.749.245 dan US$ 932.757.

Hartanya terdiri dari harta bergerak dan tidak bergerak. Di antara harta tidak bergeraknya yakni tanah dan bangunan di sembilan lokasi. Seperti di Jakarta Selatan, Bogor, Tangerang Selatan, Singapura dan Melbourne.

Sedangkan harta bergerak, Emirsyah Satar ter‎catat memiliki lima mobil mewah. Seperti BMW, Mercedes Benz, Toyota Harrier dan Range Rover. Selain itu, dia juga tercatat memiliki logam mulia, batu mulia dan barang seni nan antik, senilai Rp 1.456.000.000.

Rekam Jejak

Rekam Jejak di Garuda

Sepak terjang Emirsyah menggawangi badan usaha milik negara (BUMN) penerbangan ini memang cukup lama. Banyak yang menilai dia mampu membawa Garuda Indonesia bangkit dari keterpurukan usai nyaris bangkrut dan terlilit utang besar pada 2005.

Emirsyah Satar, pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959, merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia memulai kariernya sebagai auditor di PricewaterhouseCoopers, Jakarta, 1983. Usai itu ia bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai Asisten Vice President of Corporate Banking Group pada 1985.

Periode 1990-1994, dia menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group di Jakarta. Pada November 1994 sampai Januari 1996, Emirsyah menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta.

Setahun kemudian, dia menapaki karier sebagai Managing Director (CEO) Niaga Finance Co. Ltd, Hong Kong. Barulah setelahnya dia memulai karier sebagai Direktur Keuangan (CFO) Garuda Indonesia sebelum bergabung dengan Bank Danamon sebagai Wakil
Direktur Utama (2003-2005).

Emirsyah pun kemudian dipercaya Menteri Negara BUMN Sugiharto saat itu sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia pada 2005. Emirsyah memimpin Garuda Indonesia selama hampir 10 tahun. Sebelum akhirnya mengundurkan diri pada 2014 dan digantikan Arief Wibowo.

Selama di Garuda Indonesia, dia memegang beberapa jabatan seperti Presiden Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Anggota Board of Governors the International Air Transport Association (IATA) dan Chairman Association of Asia Pacific Airlines (AAPA).

Sepanjang dipimpin Emirsyah Satar, Garuda Indonesia tak berhenti melakukan ekspansi. Pembelian pesawat besar-besaran antara lain melalui Program Quantum Leap.

Garuda juga melakukan memperbaiki layanan untuk kembali meraih kepercayaan dari penumpang ataupun regulator keselamatan penerbangan. Bahkan Skytrack juga menempatkan Garuda Indonesia dalam 10 besar maskapai terbaik di dunia.

Tak hanya itu, di bawah kepemimpinannya, Garuda kembali menerbangi langit Eropa. Untuk memperluas pangsa pasarnya, Garuda juga memutuskan bergabung dalam aliansi maskapai penerbangan global, Skyteam.

Emirsyah juga mulai membuka rute baru dan yang pernah ditinggalkan Garuda Indonesia, mendirikan anak usaha yang bergerak di layanan penerbangan murah Citilink, dan sejumlah gebrakan lainnya, termasuk membawa Garuda ke lantai bursa.

Lepas dari Garuda, Emirsyah berlabuh sebagai Chairman MatahariMall.com, situs e-Commerce milik Lippo Group.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya