Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengklaim biaya produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari fasilitas pengolahan minyak (kilang) milik perusahaan masih jauh lebih rendah jika dibanding dengan harga patokan minyak hasil olahan di Singapura atau Mean Of Platts Singapore (MOPS).
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, biaya produksi BBM pada kilang Pertamina terus mengalami penurunan. Pada 2015, biaya produksi BBM mencapai 103,6 persen dari MOPS. Sedangkan pada 2016 turun 6,3 persen menjadi 97,1 persen dari MOPS.
"Diharapkan semakin ke depan bisa turun lagi, agar produk Pertamina lebih kompetitif," kata Wianda, di Jakarta, Senin (13/2/2017).
Advertisement
Baca Juga
Wianda mengungkapkan, penurunan biaya produksi BBM tersebut dipicu oleh harga minyak dunia yang masih berada di level rendah. Kondisi tersebut membawa keuntungan tersendiri bagi industri pengolahan karena minyak mentah merupakan bahan pokok untuk memproduksi BBM dan prosinya dalam pembentukan harga sangat besar.
Selain itu, rendahnya biaya produksi juga didukung oleh efisiensi yang dilakukan oleh perseroan dalam memproduksi BBM.
"Jadi harga minyak mentah bergerak ke level menengah, Kami optimalisasi alat di kilang. Pembentukan biaya produksi 97 persen dari crude, 3 persen operasional kilang. Jadi kalau kami bisa efisien dan hemat dalam mengatur konfigurasi maka hasil produksi akan lebih baik," papar dia.
Wianda melanjutkan, selain biaya produksi BBM turun, Pertamina juga berhasil berhasil meningkatkan kualitas hasil produksi di kilang. Pada 2015 kilang Pertamina hanya menghasilkan produks 74,39 persen. Sedangkan pada 2016 mampu meningkat jadi 77,79 persen.
"Ini membanggakan, produk yang dari kilang Pertamina. Jadi Pertamina semakin mampu menghasilkan produk bernilai jual tinggi," tutup Wianda. (Pew/Gdn)