Pasokan AS Melonjak Dorong Harga Minyak Tertekan

Berdasarkan data EIA, pasokan minyak Amerika Serikat naik 9,5 juta barel secara mingguan sehingga menekan harga minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Feb 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2017, 06:00 WIB

Liputan6.com, New York - Pasokan minyak Amerika Serikat (AS) alami lonjakan secara mingguan. Hal itu berdasarkan rilis data the Energy Information Administration (EIA). Sentimen itu berdampak negatif ke harga minyak.

Kenaikan pasokan minyak AS dalam enam minggu juga dilaporkan oleh American Petroleum Institute pada Selasa lalu. Padahal di sisi lain, pelaku pasar mengharapkan pemangkasan produksi oleh produsen minyak dapat menekan pasokan minyak global.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 9 sen atau 0,2 persen ke level US$ 53,11 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebelumnya harga minyak sempat di kisaran US$ 53,13. Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman April merosot 22 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 55,75 per barel.

EIA melaporkan pasokan minyak AS naik 9,5 juta barel menjadi 518,1 juta barel minyak hingga 10 Februari 2017. Angka itu merupakan rekor secara mingguan. Sebelum rekor tertinggi sekitar 512,1 juta barel minyak hingga 29 April 2016.

"Penurunan minyak mentah seiring pemeliharaan kilang minyak secara musiman dan impor minyak terus berlanjut mendorong persediaan minyak ke rekor tertinggi baru," ujar Matt Smith, Direktur ClipperData seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (16/2/2017).

Sebelumnya harga minyak cenderung merosot dalam beberapa minggu di kisaran US$ 50 seiring pelaku pasar menunggu data pemangkasan produksi minyak negara pengekspor minyak tergabung dalam the Organization of the Petoleum Countries (OPEC).

Pada awal pekan lalu, data OPEC menunjukkan komitmen tinggi untuk mengurangi produksi minyak. "'OPEC telah menunjukkan kepatuhan tinggi untuk memangkas produksi sehingga tidak mengecewakan pasar," tulis penelitian BMI.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya