Liputan6.com, Jakarta Harga minyak memangkas keuntungan karena kekhawatiran dari kenaikan shale gas AS bakal membayangi upaya pemangkasan produksi yang dilakukan negara eksportir.
Harga minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate naik pada 27 sen untuk menetap di level US$ 53,20 pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, seperti dilansir dari CNBC, Rabu (15/2/2017).
Baca Juga
Sementara harga minyak acuan dunia, Brent naik 36 sen, dan dijual di level US$ 55,95 per barel. Brent sempat sentuh level tertinggi US$ 56,46 per barel.
Advertisement
Reli di awal perdagangan kemarin kehilangan tenaga karena penguatan dolar. Dolar menguat setelah Gubernur The Federal Reserve Janet Yellen menyatakan bahwa bank sentral ini akan menaikkan suku bunga di pertemuan selanjutnya.
Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dijual dengan dolar seperti minyak mentah lebih mahal untuk mata uang lain.
"Harga minyak biasanya cukup volatil hampir tidak beranjak selama dua bulan, alasannya karena dinamika konflik di pasar," kata Hans van Cleef, ekonom energi senior di ABN AMRO Bank di Amsterdam.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan eksportir lainnya termasuk Rusia telah sepakat untuk memangkas produksi hampir 1,8 juta barel per hari (bph) selama semester pertama 2017 dalam upaya untuk mengendalikan kelebihan rhang pasokan bahan bakar global.