Dolar dan Kenaikan Produksi di AS Dorong Harga Minyak Turun 2%

Harga minyak mencatat penurunan persentase terbesar sejak 18 Januari.

oleh Nurmayanti diperbarui 14 Feb 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2017, 06:00 WIB

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun sekitar 2 persen, yang merupakan penurunan terbesar sejak pertengahan Januari, tertekan penguatan dolar dan tanda-tanda meningkatnya produksi minyak mentah AS.

Melansir laman Reuters, Selasa (14/2/2017), harga minyak berjangka Brent kehilangan US$ 1,11 atau 2 persen ke posisi US$ 55,59 per barel. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate turun 93 sen atau 1,7 persen menjadi US $ 52,93 per barel.

Kedua jenis minyak ini mencatat penurunan persentase terbesar sejak 18 Januari. "Minyak mentah jatuh karena dolar yang lebih kuat di awal sesi, peningkatan jumlah rig AS dan peningkatan produktivitas AS di cekungan shale," kata James Williams, Presiden Konsultan Energi WTRG Economics di Arkansas.

Di sisi lain, investor masih menunggu laporan OPEC yang akan menunjukkan kepatuhan tinggi  negara-negara anggota terkait kesepakatan pemotongan produksi pada tahun lalu.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya, termasuk Rusia, pada akhir tahun lalu menyetujui untuk memangkas produksi 1,8 juta barel minyak per hari (bph) selama semester pertama di 2017. Kesepakatan bertujuan untuk mendukung harga dan mengurangi kelebihan pasokan di pasar.

Data bulanan pertama OPEC pada Januari, sejak kesepakatan itu menunjukkan bahwa produsen top Arab Saudi telah memotong produksi minyak mentahnya pada Januari.

Namun kepatuhan ini dilaporkan laporan gagal mendorong harga minyak ke wilayah positif.

Harga minyak juga terpengaruh penguatan dolar yang mencapai posisi tertinggi dalam tiga minggu tinggi terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Dolar menguat terdorong harapan pemotongan pajak.

Di sisi lain, produksi minyak serpih AS diperkirakan akan naik dalam lima bulan. Data pemerintah menunjukkan perusahaan energi meningkatkan pengeboran seiring harga minyak yang melayang di atas US$ 50 per barel.

Analis di ABN Amro skeptis tentang pengurangan produksi OPEC memberikan harga minyak ke posisi yang lebih tinggi, dan menurunkan perkiraan jika harga minyak Brent untuk semester pertama tahun ini turun jadi US$ 50 dari $ 55 per barel.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya