RI Cetak Surplus US$ 1,4 M pada Januari, Terbesar Sejak 2014

BPS mengharapkan neraca perdagangan surplus pada Januari 2017 terus berlanjut ke depan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Feb 2017, 11:45 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2017, 11:45 WIB
Ini Penyebab Ekspor Indonesia Merosot
Suasana aktifitas bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (2/9/2014) (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan Januari 2017 mencapai US$ 1,40 miliar karena pencapaian ekspor lebih tinggi dibanding impor. Surplus neraca dagang awal tahun ini merupakan yang terbesar sejak Januari 2014.

Kepala BPS Suhariyanto, atau yang akrab disapa Kecuk, mengatakan kinerja nilai ekspor Indonesia pada Januari 2017 mencapai US$ 13,38 miliar atau lebih tinggi daripada realisasi impor di periode yang sama sebesar US$ 11,99 miliar.

"Surplus neraca perdagangan di Januari 2017 sebesar US$ 1,40 miliar. Merupakan surplus bulanan terbesar sejak Januari 2014," kata Kecuk saat pengumuman rilis Neraca Perdagangan di kantornya, Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Lebih rinci, Kecuk menjelaskan, nilai ekspor Januari 2017 sebesar US$ 13,38 miliar atau naik 27,71 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar US$ 10,48 miliar. Kinerja ekspor di awal tahun ini lebih tinggi dibanding periode Januari 2015 sebesar US$ 13,24 miliar. Kenaikan ekspor terjadi di komoditas lemak dan minyak hewan nabati US$ 2,91 miliar dan bahan bakar mineral sebesar US$ 1,68 miliar.

Sementara dibanding realisasi Desember 2016 sebesar US$ 13,83 miliar, pencapaian ekspor di awal tahun ini turun 3,21 persen. Ekspor non migas tercatat mengalami penurunan 3,70 persen di Januari 2017 menjadi US$ 12,11 miliar dari Desember lalu yang sebesar US$ 12,58 miliar. Sedangkan ekspor migas naik tipis 1,72 persen dari US$ 1,25 miliar di Desember 2016 menjadi US$ 1,27 miliar di Januari ini.

Melihat laju impor Januari 2017 tercatat mengalami kenaikan 14,54 persen menjadi US$ 11,99 miliar dibanding realisasi bulan yang sama 2016 sebesar US$ 10,47 miliar. Sedangkan jika dibanding realisasi Desember 2016 senilai US$ 12,78 miliar, nilai impor awal tahun ini merosot 6,21 persen.

Nilai impor US$ 11,99 miliar lebih tinggi dibanding Januari 2016, tetapi lebih rendah dibanding periode yang sama 2015 yang mencapai US$ 12,61 miliar.

"Tapi melihat kinerja neraca perdagangan Januari US$ 1,40 miliar iramanya bagus. Diharapkan kita bisa menjaga momentum ini dan ke depan surplus makin bagus," ucap Kecuk.

Sebelumnya, ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, memperkirakan ‎neraca perdagangan Indonesia di Januari 2017 akan mendulang surplus sebesar US$ 825 juta.

Prediksi tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang di akhir tahun lalu sebesar US$ 990 juta, tapi melonjak signifikan dibanding pencapaian di Januari 2016 yang sebesar US$ 50,6 juta.

"Neraca perdagangan Januari 2017 diperkirakan surplus US$ 825 juta dengan pertumbuhan ekspor diproyeksi 21,77 persen (year on year/Yoy) dan impor tumbuh 14,04 persen (Yoy)," kata Josua saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis pekan ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya