Kekhawatiran Peningkatan Pasokan di AS Tekan Harga Minyak

Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate turun 4 sen atau 0,1 persen ke level US$ 54,01 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Mar 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2017, 06:00 WIB
Harga minyak
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate turun 4 sen atau 0,1 persen ke level US$ 54,01 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak tergelincir pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena kekhawatiran dari pelaku pasar akan peningkatan persediaan minyak di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Rabu (1/3/2017), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate turun 4 sen atau 0,1 persen ke level US$ 54,01 per barel dan minyak mentah Brent turun 34 sen atau 0,6 persen ke angka US$ 55,59 per barel.

Stok minyak mentah di AS terus meningkat dalam tujuh pekan berturut-turut dan diperkirakan pada pekan kedelapan ini akan mencapai 2,9 juta barel. Peningkatan stok minyak ini memicu kekhawatiran pelaku pasar bahwa pasokan yang ada akan lebih tinggi dari permintaan pasar. Tentu saja, jika hal tersebut terjadi maka akan menekan harga minyak. 

American Petroleum Institute bakal mengeluarkan data persediaan minyak mentah pada selasa malam waktu AS sedangkan pemerintah AS sendiri akan megeluarkan data pada Rabu pagi waktu setempat.

Pendorong kenaikkan harga minyak selama ini adalah kepatuhan dari negara-negara pengekspor minyak atau The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) menjalankan kesepakatan pemotongan produksi.

Pada Akhir November lalu OPEC membuat kesepakatan untuk mengurangi produksi dan kesepakatan tersebut akan berjalan selama enam bulan sejal Awal Januari lalu hingga Juni nanti.

Memang, pengurangan produksi tersebut belum sesuai dengan target. Data OPEC menunjukkan bahwa realisasi dari penguatan produksi tersebut baru mencapai 80 persen. Uni Emirat Arab dan Irak menjadi dua negara yang belum bisa mencapai target tetapi mereka berjanji untuk bisa menjalankan kesepakatan sesuai dengan target.

Sejak kesepakatan berlangsung hingga saat ini, harga minyak mampu naik US$ 10 per barel dan rentang harga berada di kisaran yang sempit kurang lebih di angka US$ 3.

"Tanpa kepatuhan dari OPEC dan beberapa produsen minyak non-OPEC yang ikut dalam perjanjian tersebut, atau jika hanya melihat permintaan selama ini maka harga minyak sulit untuk naik," jelas Kepala Riset Tradition Energy, Stamford, Connecticut, AS, Gene McGillian.

Ia melanjutkan, memang ada risiko bahwa pelaku pasar akan melakukan aksi jual tetapi risiko itu tak terlalu besar. Gene McGillian memberkirakan harga minyak akan stabil di posisi saat ini. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya