Alasan Arab Saudi Lebih Gemar Investasi di AS dan Eropa

Data BKPM menyebut, investasi di ‎Arab Saudi di Indonesia pada tahun lalu hanya sebesar US$ 900 ribu.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Mar 2017, 17:18 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2017, 17:18 WIB
Raja Salman Tanam Pohon-Jakarta- Angga Yuniar-20170302
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud didampingi oleh Presiden Joko Widodo saat menanam Pohon Ulin di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi telah menyepakati kerja sama senilai US$ 7 triliun atau sekitar Rp 93 triliun dalam kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia. Meski cukup tinggi, namun selama ini Arab Saudi sebenarnya dinilai lebih gemar berinvestasi ke kawasan Amerika dan Eropa.

Anggota Komisi XI DPR, M. Sarmuji mengatakan, tingginya investasi Arab ke‎ dua kawasan tersebut lantaran punya hubungan yang baik dengan negara-negara di Amerika dan Eropa. Selain itu, kedua kawasan tersebut dianggap lebih aman sebagai tempat berinvestasi.

"Arab Saudi sendiri selama ini banyak menginvestasikan uangnya ke Amerika dan Eropa. Hal ini terkait hubungan politik dan keamanan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (3/3/2017).

Sementara itu, minat investasi Arab Saudi ke negara-negara Asia termasuk Indonesia masih tergolong rendah. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut, investasi di ‎Arab Saudi di Indonesia pada tahun lalu hanya sebesar US$ 900 ribu.

Sarmuji mengungkapkan, rendahnya minat investasi negara Timur Tengah seperti Arab Saudi lantaran pemerintah Indonesia belum mampu meyakinkan peluang investasi yang dapat menarik perhatian pengusaha asal negara tersebut. Sebab ketertarikan untuk berinvestasi bukan karena apa yang secara obyektif menguntungkan, tetapi bagaimana cara mengkomunikasikan dan faktor lain yang menyebabkan dekatnya hubungan.

‎"Indonesia sebenarnya punya modalitas untuk lebih dekat lagi dengan Arab Saudi. Kedekatan sebagai sesama negara muslim, persamaan pandangan politik tentang Palestina, hubungan yang multikoneksi dan lain-lain. Dengan kedekatan, lobby bisnis untuk kepentingan dua negara bisa dilakukan," kata dia.

Salah satu sektor investasi yang strategis dikerjasamakan, kata Sarmuji, adalah sektor migas. Pasalnya Arab Saudi merupakan salah satu penghasil minyak mentah terbesar dunia. Sedangkan Indonesia adalah negara net importir. "Pembangunan kilang minyak merupakan salah satu peluang investasi bagi kedua negara," lanjut dia.

Di luar itu, peluang investasi lain yang layak ditawarkan adalah sektor pariwisata. Bila pengusaha Saudi menanamkan investasi di sektor ini, maka akan lebih punya sensitifitas tentang selera dan apa yang menarik bagi orang kaya Timur Tengah. Dengan demikian akan menguntungkan bagi kedua negara.

"Pengusaha Arab Saudi untung karena investasinya dan memiliki pasar yang jelas, Indonesia juga untung karena ada perluasan dan penguatan potensi pariwisata," kata dia.

Menurut Sarmuji, jika pemerintah bisa membangunkan rasa kebersamaan sebagai sesama muslim yang harus saling membantu, Arab Saudi akan memberikan banyak hal yang Indonesia perlukan. Namun demikian, bagaimanapun investor juga berharap keuntungan dari apa yang ditanamkan di Indonesia, termasuk di dalamnya tentang infrastruktur.

"Jika kita bisa meyakinkan bahwa infrastruktur bagi Indonesia adalah kunci mensejahterakan rakyat yang sebagian besarnya adalah muslim dan bagi mereka terdapat keuntungan, kemungkinan besar mereka akan tertarik membiayainya," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya