Benahi Kenaikan Harga Pangan, Ini Saran Faisal Basri

Pengamat ekonomi Faisal Basri meminta pemerintah tidak mencari kambing hitam dari lonjakan harga pangan.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Mar 2017, 18:31 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2017, 18:31 WIB
Faisal Basri
Faisal Basri (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi Faisal Basri meminta pemerintah tidak mencari kambing hitam dari lonjakan harga pangan. Sebab selama ini permainan mafia selalu dijadikan alasan dari lonjakan harga pangan.‎

Faisal mengungkapkan, harga merupakan data yang paling bisa dipercaya. Sebab, harga terbentuk dari pasokan dan permintaan yang sebenarnya terjadi di lapangan.

"Data yang paling bisa dipercaya adalah harga, karena semua bisa punya akses. Semua bisa merasakan. Harga adalah interaksi antara supply dan demand. Jadi sehat atau tidaknya supply dan demand tercermin dari harga. Karena harga tidak bisa bohong," ujar dia di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Jumat (17/3/2017).

Dia mencontohkan, kenaikan harga daging sapi yang‎ selama ini terjadi bahkan masih tetap stabil di harga yang tinggi saat ini merupakan cerminan kurangnya pasokan daging ke pasaran. Tingginya harga daging ini juga memberikan kesempatan pada masuknya daging selundupan ke masyarakat.

"Faktanya adalah setiap hari kita disajikan berita penyelundupan beras, gula, daging dan sebagainya. Dan tidak mungkin daging celeng masuk ke Jakarta kalau harga daging rendah. Dan Polri pun tidak bisa menyelesaikan ini kalau disparitas harganya tinggi," kata dia.

Faisal menuturkan, dari pada terus mencari kambing hitam dari permasalahan harga pangan ini, lebih ‎baik pemerintah fokus membenahi sisi suplai ke pasaran. Sebab suplai ini juga menjadi penyebab disparitas harga dan memberi peluang munculkan penyelundupan.

"Kalau sekarang harga tinggi nuduhnya mafia, cari kambing hitam. Bukannya cari yang tidak benar di supply atau demand-nya. Insentif penyelundupan barang itu besar sekali, lihat saja di Batam, Kalimantan dan sebagainya. Ini karena disparitasnya tinggi," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya