Medco Klaim Garap Lapangan Panas Bumi Terbesar di Dunia

Sejauh ini, wilayah Kerja Panas Bumi Gunung Sibual-buali telah menghasilkan listrik sebesar 110 MW.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 31 Mar 2017, 17:48 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2017, 17:48 WIB
PLTP Sarulla Unit I telah beroperasi dan memasok listrik ke jaringan kelistrikan milik PLN. (Pebrianto/Liputan6.com)
PLTP Sarulla Unit I telah beroperasi dan memasok listrik ke jaringan kelistrikan milik PLN. (Pebrianto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Medco Power Indonesia mengklaim Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Sibual-buali di Tapanuli Utara Sumatera Utara adalah yang terbesar di dunia. Potensi listrik yang dapat dihasilkan di lokasi tersebut mencapai 1.000 Mega Watt (MW).

Direktur Utama Medco Power Fazil Alfiqri‎ mengatakan, luas wilayah Kerja Panas Bumi Gunung Sibual-buali mencapai 448.300 hetare‎. Dengan luasan tersebut, potensi listrik yang mampu diciptakan mencapai 1.000 MW‎.

Sejauh ini, wilayah Kerja Panas Bumi Gunung Sibual-buali telah menghasilkan listrik sebesar 110 MW dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla Unit I Silankitang (SIL).

Ke depan akan ada tambahan pasokan listrik dari proyek Namora- I- Langit (NIL) PLTP Sarulla Unit II sebesar 110 MW pada September 2017 dan Sarulla Unit III pada Mei 2018 sebesar 110 MW.

"Ini adalah lapangan panas bumi atau geothermal terbesar di dunia, ini bisa kita kembangkan 110 MW tapi ke depan lebih besar lagi. Proyek ini 3X110 MW," kata Fazil, di PLTP Sarulla unit I, Jumat (31/3/2017).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyambut baik beroperasi PLTP Sarulla Unit I tersebut. Sudah lama Indonesia tidak mendapat pasokan listrik dari PLTP berkapasitas besar. "Ini salah satu PLTP yang besar. Sejak lama tidak ada, sebelumnya PLTP Kamojang, PLTP Salak," tutur Jonan.

Proyek PLTP Sarulla dikembangkan dengan skema kontrak operasi bersama antara PT Pertamina Geothermal Enery denangan konsorsium Sarula Operators Ltd (SOL) yang terdiri dari PT Medco Power Indonesia, Itochu Corporation, Kyushu Electric Power Co, Inc dan Ormat Internasional.

Untuk menggarap proyek tersebut membutuhkan dana US$ 1,6 miliar yang berasal dari pinjaman dari J‎apan Bank for International Corporation (JBIC), Asian Development Bank (ADB) dan enam bank komersial. (Pew/Gdn)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya