Infrastruktur Topang Pertumbuhan Hunian Vertikal di Depok

Kota Depok menjadi salah kota satelit Jakarta yang kian berkembang dari sisi sektor hunian vertikal.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 27 Apr 2017, 08:15 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2017, 08:15 WIB
pasar properti
Ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta Kota Depok menjadi salah kota satelit Jakarta yang kian berkembang dari sisi sektor hunian vertikal. Hal tersebut tak terlepas dari banyaknya sarana dan infrastruktur pendukung kota Depok yang ada di Selatan Jakarta ini. 

Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Pemerintah Kota Depok Wijayanto mengatakan, Depok jadi pasar potensial untuk hunian, terutama hunian vertikal di tengah lahan yang kian mahal dan terbatas.

“Depok kian berpotensi untuk rumah susun,” katanya, ditulis Kamis (27/4/2017).

Potensial, menurutnya, karena selain permintaan yang tinggi dari konsumen, pembangunan rusun juga bisa menjadi salah satu cara memenuhi program sejuta rumah yang digulirkan pemerintah. 

Terkait sarana dan infrastruktur penopang, Depok juga sudah terbilang lengkap. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Herry Trisaputra Zuna mengatakan, aksesibilitas Depok kian maksimal memasuki 2019. Terlebih, tol Cinere Jagorawi (Cijago) seksi dua sudah mulai beroperasi akhir 2017. Kini, progres konstruksi jalan tol yang terdiri dari Margonda-Cisalak dan Margonda Kukusan itu masing-masing sudah mencapai 68 dan 50 persen.

Tol Cijago akan terdiri dari tiga seksi. Seksi I (Cimanggis-Jalan Raya Bogor) sudah beroperasi pada 2012 lalu, sementara Seksi III (Kukusan-Cinere) masih dalam proses pembebasan lahan.

Adapun akses keluar masuk tol akan berlokasi di Jalan Raya Bogor, Margonda, dan Cinere. Sementara itu, pembangunan jalan tol Depok-Antasari seksi I Antasari-Brigif ditargetkan selesai akhir tahun ini.

“Sekarang penyelesaian konstruksinya sudah mencapai 49,5 persen dengan pembebasan lahan 97 persen,” ujarnya.

Bagi Direktur Utama Orchid Realty, Mujahid, hunian vertikal menjadi solusi utama di pusat kawasan bisnis (CBD) Margonda, Depok. Di kawasan tersebut harga lahan rata-rata menyentuh Rp 20 juta meter persegi (m2). Dua atau tiga tahun terakhir ada dua tipe apartemen yang paling banyak dipasarkan di Depok, yaitu apartemen untuk hunian mahasiswa dan hunian keluarga.

Permintaan untuk hunian mahasiswa bahkan masih yang paling tinggi, mengingat semakin meningkatnya jumlah mahasiswa yang kuliah di UI dan Gunadarma.

“Tipe yang banyak diminati itu tipe studio dengan kisaran harga Rp 300 sampai Rp 500 juta,” ujar Mujahid, dalam kesempatan yang sama.

Sarana pendukung lain adalah adanya fasilitas kesehatan yang memadai. Kepala Rumah Sakit Univesitas Indonesia (RSUI), Julianto Wicaksono, juga didukung kehadiran RSUI yang mulai beroperasi awal 2018. “RSUI akan sekelas rumah sakit di Singapura, namun dengan biaya berobat yang lebih murah,” tutur dia, dalam diskusi tersebut.

Dia menjelaskan, rumah sakit modern berkapasitas 300 tempat tidur ini akan menerapkan konsep Academic Health System yang berorientasi sepenuhnya pada penyediaan lahan pendidikan profesional bagi dokter, dokter gigi, keperawatan, farmasi dan kesehatan masyarakat secara terintegrasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya