Bangladesh dan Tanzania Borong 300 Kereta Buatan INKA

INKA juga mengincar pasar Mozambil, Afrika untuk pengadaan kereta api.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Mei 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2017, 11:00 WIB
Lokomotif produksi INKA
Lokomotif CC300 produksi INKA. (Foto: INKA)

Liputan6.com, Jakarta - PT INKA (Persero) siap memasok 300 gerbong kereta api ke Bangladesh dan Tanzania. Untuk merealisasikan ekspor tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menggunakan fasilitas pembiayaan dengan skema penugasan khusus ekspor atau National Interest Accoint (NIA) dari pemerintah melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Senior Manager Humas Protokoler & PKBL INKA, Cholik Mochamad mengungkapkan, INKA dan Bangladesh akan menandatangani kontrak pengadaan 50 gerbong kereta penumpang Broad Gauge (BG) untuk Bangladesh Railway Company pada pekan depan.

"Minggu depan, kami dan Bangladesh akan tandatangan kontrak untuk 50 kereta penumpang jenis BG," kata Cholik saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (28/5/2017).

Jumlah tersebut, Cholik mengakui merupakan bagian dari total pengadaan 250 gerbong kereta penumpang oleh Bangladesh. Negara tersebut memesan 250 gerbong kereta untuk memenuhi kebutuhan transportasi bagi masyarakatnya.

"Teken kontrak 50 kereta minggu depan, kemudian pertengahan tahun bisa dapat lagi proyek pengadaan 200 gerbong. Jadi total 250 gerbong kereta permintaan Bangladesh bisa ter-cover," ujar dia.

Ia menjelaskan, nilai proyek 50 gerbong kereta penumpang ke Bangladesh sekitar Rp 700 miliar-Rp 800 miliar. Sedangkan total untuk 250 gerbong sekitar lebih dari Rp 1,5 triliun.

"Kalau tahun ini mulai produksi, 50 gerbong kereta itu bisa di delivery 2018," Cholik mengatakan.

Menurut Cholik, Bangladesh memuji kereta produksi INKA. Alasannya, selain produk lebih unggul, dalam operasional kereta sehari-hari jarang ditemukan kerusakan. Menariknya lagi, INKA menempatkan tenaga-tenaga ahli untuk mengawal kelancaran pengoperasian kereta selama setahun di Bangladesh.

"Produk kami sangat diacungi jempol di sana. Selain jarang rusak, kami juga menempatkan personil untuk kenyamanan dan kalau sewaktu-waktu ada gangguan. Ini adalah bentuk tanggungjawab kami satu tahun untuk mengawal kelancaran operasional kereta di sana," jelas dia.

Bukan saja Bangladesh yang kepincut kereta buatan INKA, Tanzania pun sudah memesan 50 lokomotif.

"Tanzania minta 50 lokomotif. Kami sedang jajaki penetrasi pasar di sana. Targetnya mudah-mudahan bisa tahun ini," Cholik berharap.

Ia mengungkapkan, perusahaan memang berencana memperluas pasar ekspor kereta ke Tanzania, Afrika. Permintaan kereta dari Tanzania ini menjadi angin segar bagi INKA untuk mengejar target perolehan kontrak yang telah ditetapkan Kementerian BUMN sebesar Rp 2,6 triliun di 2017.

"Kalau bisa masuk ke pasar mereka (Tanzania), target kami Rp 2,6 triliun di tahun ini bisa terlampaui. Potensinya mencapai Rp 3 triliun. Di tahun lalu saja target Rp 1,6 triliun, realisasinya Rp 1,8 triliun," tutur dia.

Pasar Mozambik

Pasar Mozambik

Di samping Bangladesh dan Tanzania, INKA juga mengincar pasar Mozambik, Afrika. Manajemen perusahaan didampingi pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) atas fasilitas KBRI setempat, bertemu dengan Menteri Transportasi dan Komunikasi Mozambik, Carlos A. Fortes Mesquito, baru-baru ini untuk menjajaki peluang kerja sama.

"Potensi pengadaan kereta ada, tapi kepastiannya belum. Tim kami dan Kemenlu akan melakukan roadshow ke Mozambik pekan depan untuk menindaklanjuti hasil pertemuan kemarin," kata dia.

Ia mengatakan, kebutuhan kereta di negara-negara Asia Selatan sangat besar sehingga dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi INKA. "Kebutuhan pasar kami banyak di sana. Kami bisa membidik negara-negara berkembang karena ada potensinya. Mereka tidak akan dimasuki produsen kereta kelas dunia, seperti Eropa," ucap Cholik.

Dukungan Pemerintah

Untuk merealisasikan ekspor ke negara non tradisional market itu, INKA berharap tetap memperoleh fasilitas pembiayaan NIA dari LPEI. Tujuannya supaya INKA dapat bersaing dengan produsen kereta lain, terutama dari China dan India.

"Kalau tidak pakai fasilitas dari pemerintah, kami tidak bisa bersaing dengan China dan India. Jadi NIA sangat mendukung, karena tanpa itu kami tidak bisa fight di pasar ekspor," tegas Cholik.

Pemerintah, Ia menuturkan, sudah mencairkan suntikan modalnya kepada PT INKA sebesar Rp 1 triliun sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas peremajaan mesin-mesin di pabrik INKA di Madiun, Jawa Timur.

"Kami juga akan memperbesar kapasitas dengan membangun pabrik baru. Sedang kami jajaki ke arah Jawa Bagian Timur supaya upah buruh tetap sama. Pembangunan pabrik juga diarahkan mendekati dermaga untuk kepentingan ekspor, dan mencari lokasi yang harga tanahnya belum naik," pungkas Cholik.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya