Ada Peta Jalan Reindustrialisasi dari KEIN, Ini Dampaknya Buat RI

Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) telah merampungkan dan menyerahkan peta jalan atau roadmap reindustrialisasi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Jun 2017, 17:50 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2017, 17:50 WIB
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional Arif Budimanta (Foto: Fiki/Liputan6.com)
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional Arif Budimanta (Foto: Fiki/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) telah merampungkan dan menyerahkan peta jalan atau roadmap reindustrialisasi. Dengan peta jalan tersebut, pihaknya optimistis industri Tanah Air kembali bangkit sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.

Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta mengungkapkan, KEIN memfokuskan pengembangan empat sektor industri prioritas di peta jalan reindustrialisasi, yakni industri pertanian, industri maritim, industri pariwisata, dan industri kreatif.

"Kita melihat empat industri ini dalam satu kluster yang terintegrasi, jadi hulu sampai hilirnya jadi satu," katanya saat berbincang dengan Liputan6.com di kantor KEIN, Jakarta, Kamis (15/6/2017).

Ada lima pilar strategis kebijakan industrialisasi, yakni pengembangan sumber daya manusia (SDM), pengembangan teknologi dan daya saing, pengembangan wirausaha, pengembangan iklim usaha, dan pengembangan infrastruktur.

Roadmap reindustrialisasi ini melengkapi dan mempertajam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dari Kementerian Perindustrian. Ada tiga tahapan industrialisasi, yakni tahap fokus kembali (2017-2025), tahap ekspansi (2026-2035), dan tahap akselerasi (2036-2045).

"Apabila ini bisa berjalan dengan baik, maka kontribusi industri ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bisa mencapai 32 persen di 2045," papar Arif.

Arif mengaku, Indonesia sudah memasuki gejala deindustrialisasi (penurunan). Dibuktikan dengan rata-rata laju pertumbuhan industri manufaktur 4,5 persen per tahun atau lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi nasional 5,6 persen.

Periode di 2006-2014, jumlah perusahaan besar di Indonesia menurun, yaitu daru 29.468 perusahaan besar pada 2006 menjadi 24.529 di 2014. Serta ditunjukkan dengan penurunan kontribusi sektor industri terhadap PDB.

"Industri manufaktur kita memang kompleks. Pertama, persoalan manufaktur; kedua, ketenagakerjaan; ketiga, soal bahan baku," papar Mantan Anggota DPR itu.

Lebih jauh kata Arif, industri padat karya nasional selama ini mengandalkan impor karena tidak tersedianya bahan baku di dalam negeri. Akibatnya, produk yang dihasilkan kurang bisa bersaing dengan produk impor lainnya.

Permasalahan lain menyangkut tenaga kerja. Ongkos atau upah buruh di Indonesia, sambungnya, dianggap mahal dan produktivitas tidak sebaik tenaga kerja di Vietnam. Sementara industri padat karya membutuhkan tenaga kerja dengan upah lebih murah supaya bisa kompetitif.

Arif pun mengungkapkan, dengan peta jalan perbaikan pengembangan industri nasional, diharapkan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. KEIN ingin mengembalikan penyerapan hingga 500 ribu tenaga kerja setiap kenaikan satu persen pertumbuhan ekonomi.

"Minimal satu persen pertumbuhan ekonomi menyerap 500 ribu tenaga kerja. Itu mungkin bisa dicapai pada 2025, karena kita sebelumnya pernah mencapai angka itu 10 tahun lalu," ia menerangkan.

Pasca peta jalan reindustrialisasi tuntas, Arif menuturkan, KEIN akan terus melakukan sosialisasi peta jalan itu kepada seluruh stakeholder, di samping menggelar diskusi atau pembahasan dengan pemerintah daerah.

"Kita sosialisasikan terus ke para stakeholder, diskusi dengan daerah untuk menyusun strategi pertumbuhan ekonomi daerah, dan tetap melaksanakan kegiatan rutin membuat kajian-kajian untuk Presiden dalam bidang perekonomian dan industri yang lebih detail," pungkas Arif.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya