Pelemahan Dolar AS Beri Dorongan ke Harga Emas

Harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus berakhir naik 0,2 persen dan bertengger di angka US$ 1.256,50 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Jun 2017, 07:12 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2017, 07:12 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas merangkak naik pada perdagangan Jumat setelah nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) tertekan. Aksi jual logam mulia karena kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS mulai mereda.

Mengutip Reuters, Sabtu (17/6/2017) harga emas di pasar spot naik 0,1 persen ke level US$ 1.254,24 per ounce setelah sebelumnya mengalami tekanan hingga US$ 1.251,05 per ounce.

Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus berakhir naik 0,2 persen dan bertengger di angka US$ 1.256,50 per ounce.

Harga emas sebelumnya tertekan cukup dalam dan jatuh lebih dari 3 persen dari level US$ 1.295,97 per ounce karena investor melakukan aksi jual.

Aksi jual tersebut dipicu oleh langkah Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen menjadi 1,25 persen pada Rabu lalu.

Kenaikan suku bunga ini memberikan sinyal kepada investor bahwa the Fed yakin akan pertumbuhan perekonomian di AS sehingga mendorong investor untuk melepas emas dan kembali memborong aset-aset uang berisiko.

Analis Saxo Bank, Ole Hansen, menjelaskan para investor melihat bahwa kenaikan suku bunga tersebut mendorong penguatan dolar AS sehingga emas akan lebih mahal bagi mereka yang membelinya dengan mata uang di luar dolar AS.

"Jika the Fed terus menjalankan kebijakan yang agresif maka harga emas akan terus tertekan," tambah analis Commerzbank dalam catatannya kepada nasabah.

Namun menuju akhir perdagangan pada Jumat, harga emas mampu bernafas lagi setelah adanya pelemahan nilai tukar dolar AS. Adanya data perumahan yang tidak sesuai harapan investor mendorong pelemahan dolar AS sehingga memberikan tenaga bagi emas untuk merangkak naik. 

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya