Liputan6.com, Jakarta- Chuck Bundrant merupakan seorang mahasiswa tingkat awal saat ia mulai merintis bisnis di tahun 1961. Dengan bekal uang US$ 80 atau Rp 1 juta (kurs 1 US$ = 13.308) di sakunya, ia merantau ke negara bagian Seattle, Amerika Serikat untuk mendapat uang tambahan dari menangkap ikan. Namun siapa sangka, hobinya tersebut justru bisa menjadi cikal bakal kesuksesan yang direguknya kini.
Bundrant sekarang dikenal sebagai pendiri dan pemegang saham terbesar dari perusahaan Trident Seafoods. Bloomberg Billionaire Index menempatkan perusahaannya dengan valuasi mencapai US$ 1,1 miliar.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Jalan panjang harus ditempuh Bundrant sebelum akhirnya bisa menikmati posisinya sekarang. Bundrant tadinya berkuliah jurusan kedokteran hewan di Tennesse.
Tak suka dengan jurusan yang diambilnya, Bundrant akhirnya memutuskan untuk berhenti sementara dan pergi ke Seattle lalu ke Alaska. Disana, ia tidur di gelanggang kapal demi bisa bekerja serabutan untuk mendapat uang dan membiayai hidup.
"Bundrant tidak tahu sama sekali tentang perikanan, kapal, cara menangkap ikan ataupun memproses hasil laut. Dia hanya pernah menonton sebuah film tentang nelayan berjudul North to Alaska. Ia kemudian mendengar ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dalam jumlah banyak di bidang perikanan," tutur anaknya, Joe, seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (20/7/2017)
Setelah beberapa tahun, Bundrant akhirnya memutuskan untuk fokus dan memulai bisnis di bidang perikanan. Di tahun 1973, ia bertemu dengan dua orang nelayan bernama Kaare Ness and Mike Jacobson dan memutuskan untuk membangun kapal penangkap ikan sendiri.
Tadinya Bundrant fokus untuk menangkap dan membudidayakan kepiting. Namun di awal tahun 1980-an jumlah kepiting di laut menurun tajam. Ia akhirnya beralih untuk menangkap ikan Pollock yang kala itu tak banyak dipilih oleh nelayan.
Simak video menarik di bawah ini:
Jatuh bangun bisnis
Pria ini pun harus susah payah membuat warga Amerika Serikat mau menyantap ikan Pollock. Jenis ikan ini, kala itu dianggap sebagai binatang tak bergizi karena banyak hidup di perairan yang penuh sampah.
Tapi pada akhirnya, kegigihannya pun berbuah manis. Berawal dari membudidayakan ikan pollock, makanan tersebut lama kelamaan banyak diminati masyarakat Amerika Serikat.
Bundrant akhirnya mengemas ikan Pollock dalam bentuk cepat saji dan dijual ke beberapa toko ritel. Ia juga bekerja sama dengan grup restoran ternama seperti McDonald dan Burger King.
Tak hanya ikan Pollock, seiring perjalanan Bundrant juga mampu membuat para nelayan konvensional naik kelas. Hasil tangkapan para nelayan banyak yang diolah menjadi bentuk kaleng dan cepat saji d ibawah bendera perusahaannya.
Akses ke pasar ritel yang luas mengubah Trident Seafoods menjadi perusahaan ikan skala besar. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini terintegrasi secara vertikal sehingga sekarang bisa melakukan segala hal mulai dari menangkap dan mengolah ikan secara massal hingga menjual produk bernilai tambah seperti salmon kaleng dan ikan pollock.
Kesuksesan perusahaannya juga turut mengerek pundi-pundi kekayaan Bundrant. Bloomberg menempatkan Bundrant di jajaran miliarder dunia dengan kekayaan mencapai US$ 2,1 miliar atau setara Rp 27 Triliun.
Advertisement