BPS: Daya Beli Tak Turun, tapi Masyarakat Beralih Belanja Online

Realisasi inflasi yang terkendali sebesar 0,22 persen akan mampu menjaga daya beli masyarakat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Agu 2017, 16:45 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2017, 16:45 WIB
BPS
Ilustrasi BPS (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih menguat. Ada perubahan arus transaksi belanja masyarakat yang perlahan mulai pindah dari cara konvensional beralih ke toko online.

Kepala BPS Suhariyanto, atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, realisasi inflasi yang terkendali sebesar 0,22 persen akan mampu menjaga daya beli masyarakat. Untuk diketahui, inflasi pada Juli ini sebesar 0,22 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya 0,69 persen.

"Kalau inflasi terkendali, daya beli lebih bagus. Contohnya pendapatan kita Rp 1.000. Kalau inflasi tinggi, maka kemampuan daya beli jadi jauh lebih rendah. Tapi kalau inflasi terkendali, daya beli masyarakat terjaga," kata Kecuk di kantornya, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Ia memperkirakan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi di kuartal II dan secara kumulatif di semester I-2017 tetap menguat. Pertumbuhan ekonomi di kuartal II pun akan diumumkan pada Senin mendatang (7/8/2017).

"Sebagian ekonom memang bilang terjadi pelemahan daya beli, tapi mungkin juga masyarakat menahan belanja karena memperhatikan situasi ekonomi dan politik. Tapi kemungkinan besar, konsumsi rumah tangga di PDB masih akan menguat karena ada Ramadan dan Lebaran walaupun tidak setinggi yang diekspektasikan," ujarnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti, memperkirakan terjadi pergeseran transaksi belanja dari offline ke online karena beberapa faktor.

"Orang melihat kok pasar sepi, mal di Jakarta turun (penjualan) karena online. Sekarang kan banyak pembangunan infrastruktur, macet di mana-mana. Orang cenderung malas ke luar, jadinya pada beli online. Jadi memang ada shifting," ucapnya.

Menurut Yunita, salah satu indikator pelemahan daya beli masyarakat bisa dilihat dari inflasi. Namun sejauh ini, dengan inflasi 0,22 persen di Juli, daya beli masih normal dan tidak terlalu mengkhawatirkan.

"Yang penting jangan terus-terusan rendah, karena tidak baik juga, itu berarti ekonomi tidak tumbuh. Tapi inflasi 0,22 persen masih aman, daya beli masih normal, masih aman. Tidak terlalu mengkhawatirkan," pungkasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya