Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai pasokan minyak Amerika Serikat (AS) melemah dalam delapan minggu. Selain itu, ada badai mendekati Guam juga berpotensi menganggu produksi minyak.
Harga minyak Brent naik 70 sen ke level US$ 52,57 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 58 sen ke level US$ 48,41.
Pasokan minyak AS turun 3,3 juta barel pada pekan lalu. Penurunan ini lebih kecil dibandingkan harapan analis di kisaran 3,5 juta barel. Berdasarkan data the Energy Information Administration menyatakan, stok minyak di Cushing turun 503 ribu per barel.
Advertisement
Baca Juga
"Penurunan pasokan minyak AS berlanjut seiring kenaikan signifikan impor minyak pada pekan ini," ujar Andrew Lipow, Presiden Direktur Lipow Oil Associates seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/8/2017).
Ia menambahkan, persediaan minyak mendekati pisisi 75 juta barel sejak Maret. Ditambah 15 juta stok dari US Strategic Petroleum Service.
"Terus menunggu untuk melihat lebih banyak lagi konfirmasi kalau persediaan memang turun," kata Lipow.
Analis Tradition Energy Gene McGillian menuturkan, pasar juga mengamati dampak badai tropis. Badai tropis Harvey ini juga katalis pengaruhi harga minyak.
Selain itu, pasar juga memperhatikan produksi dari ladang minyak Sharara di Libya. Saat ini produksi minyak dari negara itu berjalan baik. Namun dikabarkan ladang minyak itu tutup di tengah kondisi di Libya masih jauh dari normal.
Sharara baru-baru ini mencetak produksi minyak mencapai 280 ribu barel per hari. Produksi minyak dari ladang tersebut merupakan kunci produksi minyak Libya yang melonjak di atas 1 juta barel per hari pada akhir Juni 2017.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: