Jokowi Ingin Sektor Pertanian Dikembangkan dengan Cara Modern

Hasil pertanian akan memberikan nilai tambah yang tinggi jika proses dari hulu hingga hilirnya dilakukan berdasarkan pehitungan bisnis.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Sep 2017, 16:45 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2017, 16:45 WIB
Pimpin Sidang Kabinet, Jokowi Bahas Momentum Kepercayaan Internasional Terhadap Indonesia
Presiden Joko Widodo (tengah) memimpin sidang kabinet paripurna yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan tengah) dan jajaran menteri Kabinet Kerja di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (29/8). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar paradigma pengembangan sektor pertanian diubah dari budidaya menjadi agrobisnis. Menurut dia, dengan menjadikan sektor pertanian sebagai sebuah bisnis, maka akan membuat petani lebih sejahtera.

Jokowi mengungkapkan, pertanian akan memberikan keuntungan yang besar bukan dari proses budidayanya, melainkan dari pemasaran ‎hasil pertaniannya. Hal tersebut yang selama ini belum dikembangkan dengan baik.

"Dan kalau kita lihat sekian tahun ke belakang, kita selalu berkutat pada onfarm-nya, selalu berkutat pada sektor budidayanya. Kita lupa bahwa petani akan mendapatkan keuntungan yang besar itu sebetulnya dari proses bisnisnya, dari proses agrobisnisnya. Bukan karena di onfarm-nya, bukan karena di sektor budidayanya," ujar dia di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (12/9/2017).

Dia mengungkapkan, hasil pertanian akan memberikan nilai tambah yang tinggi jika proses dari hulu hingga hilirnya dilakukan berdasarkan pehitungan bisnis, bukan hanya sekadar membudidayakan tanaman yang ada di sekitarnya.

‎"Inilah paradigma yang harus kita ubah. Jangan sampai kita terlalu berkutat pada sektor budidaya yang berkaitan dengan benih, yang berkaian dengan pupuk, yang berkaitan dengan insektisida. Itu betul, itu penting, tetapi kalau kita ingin memberikan keuntungan yang besar sekali, paradigma kita harus tahu bahwa kita harus masuk ke sektor proses bisnisnya, ke sektor agrobisnisnya," kata dia.

Dengan paradigma agrobisnis, petani itu harus memiliki sendiri industri benih, memiliki aplikasi-aplikasi produksi yang modern dan memiliki penggilingan penggilingan modern.

"Ini harganya juga tidak mahal kalau di-backup oleh perbankan, asal hitung-hitungannya visible asal bank masuk ke sana dan dihitung bankable yaitu yang kita cari," lanjut dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Pengemasan

Tahap selanjutnya, petani juga harus memiliki proses pengemasan lokasinya berada dekat dengan lahan pertaniannya serta memiliki teknologi yang modern.

"Satu lokasi yang modern, packaging yang modern. Petani mestinya juga harus memiliki industri pengolahan pascapanen kalau beras misalnya ke tepung. Proses-proses agribisnis seperti inilah yang sebetulnya akan memberikan nilai tambah yang besar sekali," ungkap dia.

Namun Jokowi menegaskan, paradima agrobisnis atau dengan mengkorporasikan para petani ini bukan berarti membuat petani berada di bawah kekuasaan para pemilik modal, melainkan dengan membentuk kelompok besar petani yang mandiri.

"Membuat kelompok besar petani mereka harus berpikir dengan manajemen modern, berpikir dengan aplikasi-aplikasi modern. Berpikir dengan cara-cara pengolahan industri yang modern dan sekaligus memasarkannya kepada industri ritel, memasarkannya konsumen dengan cara-cara online store, toko online. Memasarkannya ke ritel dengan sebuah manajemen yang baik. Saya kira proses inilah yang akan menguntungkan petani," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya