Capai Ketahanan Pangan, Pemerintah Harus Lakukan Diversifikasi

Pemerintah dinilai harus mulai melakukan diversifikasi pangan untuk menciptakan ketahanan pangan atau food security.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 01 Nov 2017, 19:45 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2017, 19:45 WIB
Petani di sawah
Petani memanen sedikit sisa padi yang masih bisa diselamatkan, di antara tanaman padi seluas satu petak sawah miliknya yang rusak, di Bakungan, Karangdowo, Klaten, Jateng.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah dinilai harus mulai melakukan diversifikasi pangan untuk menciptakan ketahanan pangan atau food security. Selama ini, pemerintah selalu fokus untuk mencapai swasembada pangan. Selain swasembada, ketahanan pangan juga dinilai sangat penting.

Food security adalah suatu kondisi di mana ketersediaan pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang. Food security seringkali dikaitkan dengan ketersediaan pangan, stabilitas pangan dan juga aksesibilitas (keterjangkauan) oleh masyarakat. Ketiga hal inilah yang masih sulit diwujudkan oleh pemerintah.

Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, keadaan Indonesia di masa sekarang sangat berbeda dengan Indonesia pada saat sukses mencapai swasembada pangan. Untuk itu pemerintah harus realistis dan mulai beralih pada cara lain.

“Diversifikasi pangan bisa menjadi pilihan daripada hanya fokus pada satu jenis komoditas pangan saja. Namun diversifikasi pangan tidak akan terwujud kalau pemerintah tetap menjadikan swasembada sebagai tujuan utama. Hal ini dikarenakan masyarakat akan memilih komoditas yang tersedia dalam jumlah banyak,” jelasHizkia dalam keterangan resminya, Rabu (1/11/2017).

Penyediaan pangan, lanjutnya, kini tidak hanya soal memenuhi kebutuhan masyarakat saja. Penyediaan pangan kini juga termasuk bagaimana menyediakan pangan yang bergizi untuk masyarakat dan menciptakan food supply chain yang berkelanjutan untuk masyarakat.

Food supply chain ini yang masih menjadi masalah di masyarakat. Food supply chain yang ada belum sustainable sehingga seringkali menimbulkan kekisruhan seperti naiknya harga komoditas pangan karena komoditas tersebut tiba-tiba menghilang dari pasaran dan sulit didapat,” ujarnya.

Selain diversifikasi pangan, Hizkia juga menjelaskan pentingnya keterlibatan Indonesia dalam mekanisme perdagangan internasional. Perdagangan internasional tetap dibutuhkan, lanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di saat yang bersamaan, masyarakat juga diarahkan untuk beralih ke makanan alternatif yang terdiversifikasi. Hal ini penting karena Indonesia harus menjadi bagian dari global food market yang terintegrasi.

“Jika Indonesia mengisolasi dirinya sendiri dengan program swasembada yang agresif dan merusak lingkungan, maka Indonesia akan merugikan petani dan masyarakat,” terangnya.

Dalam Forum Pangan Asia Pasifik yang sedang berlangsung, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengemukakan hal serupa. Wakil Presiden mengatakan luas lahan pertanian di Indonesia terus berkurang karena pembangunan permukiman dan industri. Hal ini menyebabkan produktivitas lahan terus menurun setiap tahunnya. Salah satu solusi untuk mengatasi turunnya produktivitas lahan yang disampaikan beliau adalah dengan menggunakan teknologi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya