BPS: Inflasi November 2017 Sebesar 0,20 Persen

Untuk inflasi tertinggi di Singaraja Bali yaitu 1,80 persen, untuk inflasi terendah adalah kota Bekasi dan Palopo sebesar 0,02 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Des 2017, 11:14 WIB
Diterbitkan 04 Des 2017, 11:14 WIB
Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2017 sebesar 0,20 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,87 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,30 persen.

"Inflasi November 2017 lebih rendah dari inflasi November untuk tiga tahun sebelumnya atau sejak November 2014," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Ia pun merincikan, pada 2014 inflasi November di angka 1,5 persen. Untuk 2015, angka inflasi November di 0,21 persen. Sedangkan untuk 2016, inflasi bulan kesebelas tercatat 0,47 persen.

Suhariyanto melanjutkan, dari 82 kota, sebanyak 68 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami deflasi.

Untuk inflasi tertinggi, terjadi di Singaraja Bali yaitu 1,80 persen. Sedangkan untuk inflasi terendah adalah kota Bekasi dan Palopo masing-masing 0,02 persen.

Untuk angka deflasi tertinggi di Kota Tual dengan angka 2,74 persen. Untuk deflasi terendah terjadi di Manokwari sebesar ‎0,02 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Prediksi

Sebelumnya, laju inflasi November 2017 diproyeksikan berada pada rentang 0,13-0,15 persen. Perkiraan tersebut melonjak dibanding realisasi inflasi bulan sebelumnya yang hanya 0,01 persen akibat kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama bahan pangan menjelang Natal dan Tahun Baru.

"Inflasi November ini diprediksi lebih tinggi dari Oktober 2017, yaitu di angka 0,13-0,15 persen (month to month/mom)," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (4/12/2017).

Beberapa faktor penyebab proyeksi inflasi tinggi di November ini karena adanya kenaikan harga kebutuhan pokok untuk mengantisipasi kebutuhan libur Natal dan Tahun Baru.

"Ada dorongan inflasi dari bahan makanan," ucap Bhima.

Menurutnya, kondisi cuaca juga mempengaruhi produksi tanaman pangan, khususnya tanaman yang tidak tahan lama, seperti cabai merah. Hingga Desember, curah hujan diramalkan tetap tinggi sehingga akan mempengaruhi pasokan bahan pangan, dan pada akhirnya mengerek harga.

Faktor lainnya, Bhima menjelaskan, tekanan inflasi di bulan kesebelas ini juga datang dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi terimbas kenaikan harga minyak mentah dunia.

"Selain itu, inflasi November 2017 pun ikut dipengaruhi kenaikan harga transportasi menjelang libur panjang," tutur Bhima.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya