Risma Beri Gaji Pengamen Surabaya Rp 2 Juta

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, pihaknya beri gaji kelompok pengamen Rp 2 juta setiap kali pertunjukan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Des 2017, 19:30 WIB
Diterbitkan 04 Des 2017, 19:30 WIB
20161129-Walikota-Surabaya-Beri-Penjelasan-Pembangunan-Pasar-Turi-ke-Komisi-III-Jakarta-Tri-Rismaharini-JT
Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersiap melakukan Rapat dengar Pendapat dengan Komisi III DPR, Jakarta, Selasa (29/11). Komisi III meminta penjalasan tentang perkembangan pembangunan pasar Turi Surabaya ke Risma. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau akrab di sapa Risma ini mengaku menggaji kelompok pengamen di Surabaya, Jawa Timur sebesar Rp 2 juta setiap kali pertunjukan. Hal ini merupakan salah satu upayanya menertibkan kota tersebut.

‎Risma mengatakan, gaji kepada kelompok pengamen sebesar Rp 2 juta tersebut merupakan imbalan, karena dia memberlakukan larangan ke pengamen memungut uang dari masyarakat.

"Yang ngamen kami taruh di taman. Kami taruh di sentra-sentra saya kasih Rp 2 juta sekali ngamen, saya anggap dia profesional, kami gaji,‎" kata Risma dalam sebuah diskusi, di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Senin (4/12/2017).

Pemberian gaji kepada pengamen di Surabaya dilatarbelakangi upaya Pemerintah Kota Surabaya membuat Ibu Kota Jawa Timur tersebut nyaman. Salah satunya dengan menertibkan pengamen dan melakukan pembinaan dengan memberikan bekal keterampilan agar memiliki pekerjaan yang layak.

‎"Saya ada program enggak boleh ngamen, saya tangkap kalau ngamen," ujar Risma.

Namun menurut Risman, tidak semua pengamen di Surabaya mau meninggalkan profesinya. Dia pun tetap memberikan kesempatan bisa tetap mengamen, dengan syarat melarang meminta uang ke masyarakat.

‎"Jadi dia, kami tawarkan pekerjaan ‎lain, jadi desainer enggak mau dia, pengamen ini tidak boleh minta kalau ketahuan minta kita diskualifikasi," tutur Risma.

‎Selain menertibkan pengamen, Tri Rismaharini juga menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL). Ini agar pedestrian di Surabaya digunakan sesuai fungsi yaitu tempat jalan kaki. PKL tersebut kemudian dibuatkan tempat khusus sentra PKL.

"Pedestrian Surabaya memang untuk jalan kaki, PKL saya masukkan sentra PKL. Sekarang keuntungan dua kali lipat karena dulu hanya malam hari, sekarang 24 jam, saya juga punya sentra PKL barang bekas, buku bekas," ‎tutur Risma.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Kabar Gembira dari Unicef untuk Wali Kota Risma

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menerima penghargaan Global Green City di New York, Amerika Serikat pada 31 Oktober lalu.

Dia membawa oleh-oleh berupa kabar gembira mengenai keinginan UNICEF (United Nations Children’s Fund) untuk menjadikan Kota Surabaya sebagai tuan rumah pertemuan internasional kota layak anak.

Menurutnya, nama Kota Surabaya ternyata sudah menjadi pembicaraan di PBB terkait kota layak anak. "Ternyata itu Surabaya layak anak telah menjadi pembicaraan di PBB sana. Surabaya terkenal sebagai kota layak anak," tuturnya, Sabtu 4 November 2017.

Dia menjelaskan, UNICEF yang merupakan salah satu organisasi di bawah naungan PBB yang fokus pada hak-hak anak, menanggulangi kemiskinan, kekerasan, wabah penyakit, dan diskriminasi, menyatakan bahwa kelayakan Surabaya sebagai kota layak anak tersebut karena sudah memenuhi sekian banyak kategori yang disyaratkan.

"Ini karena Surabaya selama ini memang concern dalam memenuhi kebutuhan anak. Di antaranya dengan membangun Rumah Matematika, Rumah Bahasa, Broadband Learning Center, hingga membangun sirkuit di kawasan Gelora Bung Tomo di Surabaya Barat," katanya.

Dia mengatakan, atas dasar itu, UNICEF meminta Surabaya untuk menjadi tuan rumah seminar internasional kota layak anak yang akan digelar pada 2018 mendatang.

"Mei tahun depan, UNICEF minta diadakan pertemuan internasional terkait kota layak anak di Surabaya. Saya juga diminta jadi pembicara untuk menjelaskan tentang ini," ucapnya.

Selain menyampaikan perihal permintaan dari UNICEF tersebut, wali kota juga menyampaikan tentang beberapa indikator yang membuat Surabaya meraih penghargaan Global Green City dari PBB.

Di antaranya karena kualitas udara yang lebih bagus dari tahun ke tahun imbas optimalisasi fungsi Ruang Terbuka Hijau, luasan genangan air yang semakin berkurang, juga air bersih yang kini hampir merata di seluruh Surabaya.

Hal itu mendapatkan nilai bagus karena Surabaya melakukan itu semua di saat kota lainnya berlomba memanfaatkan lahan untuk bangunan.

"Yang jelas, tujuannya bukan untuk penghargaan. Dan, kita harus terus bekerja keras karena green city ini tengah menjadi isu penting di dunia internasional," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya