Tenaga Kerja RI Bakal Jadi Rebutan Negara Lain pada 2035

Di negara maju, pekerja akan didominasi oleh robot pada 2030. Sisi lain Indonesia punya bonus demografi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Des 2017, 16:02 WIB
Diterbitkan 09 Des 2017, 16:02 WIB
20161015-Indonesia-Karer-Expo-Jakarta-AY4
Antrian pencari kerja mengisi pendaftaran lowongan di salah satu stan bursa kerja, Jakarta, Sabtu (15/10). Tahun ini angkatan kerja Indonesia mencapai 127,6 juta dengan tingkat pengangguran sebesar 5,5% atau tujuh juta orang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah memiliki bonus demografi, mayoritas penduduknya berada di usia produktif. Bonus demografi ini diperkirakan mengalami puncaknya pada 2035.

Rektor ITB Kadarsah Suryadi memperkirakan, tenaga kerja Indonesia menjadi bahan rebutan negara-negara di dunia pada 2035. Untuk itu, dirinya mengingatkan kepada pamerintah untuk bisa menciptakan lapangan kerja lebih.

"Negara-negara maju itu pada 2030 pekerjanya akan didominasi oleh robot, itu sebagai konsekuensi kemajuan teknologi. Kita pada 2035 akan punya bonus demografi, itu akan diperebutkan negara-negara lain yang mayoritas usianya sudah tidak produktif," kata dia dalam Indonesianisme Summit 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (9/12/2017).

Ia memaparkan, dengan banyaknya industri yang menggunakan robot, pada tahun itu juga akan ada 5,1 juta lapangan kerja di dunia yang hilang. Namun di sisi lain, di saat sama juga akan ada 6 juta lapangan kerja baru dengan berbagai jurusan baru.

Lapangan kerja baru ini, menurut Kadarsah, akan memiliki basis teknologi. Berbeda dengan saat ini mayoritas tenaga kerja banyak bekerja di perusahaan padat karya. Ke depan, industri padat karya inilah yang akan menjadi sektor yang beralih menggunakan banyak robot.

Sementara itu, di kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binaar Pandjaitan mengungkapkan, untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja di Indonesia, pemerintah tengah fokus memperbaiki dan meningkatkan kapasitas pendidikan vokasi.

"Jadi kita harus amankan bonus demografi ini untuk kemajuan negara kita sendiri, jangan sampai justru negara lain yang menikmati. Makanya kita terus ciptakan lapangan kerja di sisi yang sama kita tingkatkan kualitas tenaga SDM kita," tambah Luhut.

Tidak hanya perbaikan sekolah vokasi, sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo, universitas harus meningkatkan perannya dalam menghasilkan lulusan yang kreatif. Oleh karena itu, diperlukan jurusan-jurusan baru di universitas yang berwawasan teknologi kreatif. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Robot Akan Gantikan 800 Juta Pekerja pada 2030

Sebelumnya, sebanyak 800 juta pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaannya pada 2030 dan akan digantikan oleh robot automasi. Hal tersebut dilaporkan oleh McKinsey Global Institute.

Studi yang dilakukan terhadap 46 negara dan 800 jenis pekerjaan itu menemukan, seperlima angkatan kerja global akan terpengaruh adanya automasi.

McKinsey menyebut, sepertiga dari angkatan kerja di negara-negara kaya seperti Jerman dan Amerika Serikat mungkin butuh dalam melatih warganya untuk memiliki keterampilan lain.

Menurut laporan tersebut, operator mesin dan pekerja pangan akan terkena dampak terparah.

Sementara itu, negara-negara miskin yang hanya menginvestasikan di bidang robot automasi dalam jumlah kecil hanya sedikit terdampak. Misalnya saja India. Hanya sembilan persen pekerjaan di negara asal Bollywood itu yang akan digantikan oleh teknologi.

Dikutip dari BBC, Kamis 30 November 2017, laporan itu juga melihat bahwa tugas yang dilakukan oleh makelar dan akuntan sangat rentan terhadap automasi.

Sementara itu, pekerjaan yang membutuhkan interaksi antarmanusia seperti dokter, pengacara, guru, dan bartender tak begitu rentan terhadap automasi. Pekerjaan dengan upah rendah seperti tukang kebun dan perawat juga kurang terpengaruh atas automasi.

Di negara-negara berkembang, kebutuhan pendidikan tinggi akan tumbuh. Pasalnya, pekerjaan yang membutuhkan pendidikan rendah akan menyusut.

Di AS saja, 39 hingga 73 juta pekerjaan diprediksi hilang pada 2030. Namun menurut laporan McKinsey, sekitar 20 juta pekerjaan dapat mudah berpindah ke industri lain.

Sementara itu di Inggris, sekitar 20 persen pekerjaan akan diautomasi dalam periode yang sama.

Penulis laporan itu meyakini bahwa dunia akan melihat transisi yang terjadi pada awal 1900-an, ketika sebagai besar industri global beralih dari pertanian ke pekerjaan pabrik.

Namun, mereka mengingatkan bahwa teknologi baru akan menghasilkan jenis pekerjaan baru. Hal itu serupa dengan pengenalan komputer pribadi pada 1980-an yang memicu adanya teknologi untuk membantu bekerja dan juga bisnis online.

Penulis laporan itu juga mendesak pemerintah untuk memberlakukan rencana untuk melatih warga mereka menyusul pesatnya laju robot automasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya