Liputan6.com, Beijing - Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat perubahan besar di segala lini kehidupan. Jika Anda belum yakin bahwa teknologi bisa merubah nasib orang banyak, maka fenomena yang terjadi di China mungkin bisa dijadikan cerminan.
Berbeda dengan tempat-tempat lain di dunia, pengemis di China kini memiliki cara khusus untuk menarik sumbangan dari orang yang ia temui di jalan. Alih-alih menadahkan tangan, mereka kini menyiapkan chip dan QRCode yang bisa menerima pembayaran mobile atau daring seperti Alipay dan WeChat Wallet.
Baca Juga
Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya pembayaran daring di China. Penduduk negeri Tirai Bambu ini kebanyakan menggunakan pembayaran daring untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Advertisement
Dilansir dari odditycentral.com, Rabu (13/12/2017), pengemis hi-tech di China ini sering ditemui di kota Jinan yang terletak di Provinsi Shandong. Salah satu pengemis yang menarik perhatian media adalah lelaki yang duduk di pinggir jalan dengan menggunakan jaket berwarna biru.
Pengemis yang dilaporkan memiliki gangguan mental tersebut mencoba untuk menarik sumbangan dari orang-orang yang ia lewati dengan menggunakan QR code yang ia cetak dan dipajang pada sebuah kertas.
Meski demikian, menurut perusahaan pemasaran digital China Channel, QR Code yang digunakan oleh pengemis ternyata tidak hanya ditujukan untuk menerima sumbangan. Menurut firma tersebut, pengemis ini justru 'dimanfaatkan' oleh perusahaan penerbit QR Code.
Untung besar
Perusahaan penerbit akan memanfaatkan data-data pengguna yang memindai QR Code sang pengemis. Nantinya data tersebut kemudian dijual untuk pemasar dengan harga cukup tinggi untuk dijadikan target pemasangan iklan.
Ternyata, cara ini ternyata cukup sukses untuk mengumpulkan sumbangan dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan warga China tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan uang yang kecil.
Lewat cara ini, pengemis juga bisa mendapat komisi cukup besar. Setiap kali sukses mendapat satu pengunjung yang menempelkan QR Code, pengemis akan dibayar sebanyak 0,7 hingga 1,5 yuan. Rata-rata dalam seminggu mereka bisa mengumpulkan 4.536 yuan atau Rp 9,07 juta. Lebih besar dibanding penghasilan minimum pekerja China.
Semuanya mungkin terdengar aneh bagi orang asing, tapi harus dicatat bahwa China adalah negara yang diperkirakan akan sukses menerapkan cashless economy.
Sebagian besar penduduk China kini menggunakan metode pembayaran online. Barcode dua dimensi hitam dan putih digunakan dalam berbagai cara, mulai dari pembayaran di toko, tip di restoran dan hadiah uang tunai di pesta pernikahan.
Pembayaran daring di China juga lebih besar 50 kali dibanding Amerika Serikat. Perusahaan riset Chen Yiwen mengungkap, jumlah pembayaran daring pada 2016 mencapai US$ 112 miliar.
Menurut peneliti, perilaku ini disebut dengan istilah "codeconomy."
Advertisement