Diplomasi Dagang Cara Efektif Lawan Kampanye Hitam Sawit

Salah satu jalan keluar yang dinilai paling efektif untuk mencegah dampak kampanye hitam sawit Indonesia adalah negosiasi dagang.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 26 Jan 2018, 20:42 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2018, 20:42 WIB
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa saat menjadi pembicara dalam press gathering dalam acara bertajuk Prosper with the Nation yang digelar di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (24/1/2018) malam (Foto: Astra Agro Lestari)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu jalan keluar yang dinilai paling efektif untuk mencegah dampak kampanye hitam sawit Indonesia adalah negosiasi dagang. Hal ini dikemukakan oleh Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa dalam press gathering bertajuk Prosper with the Nation yang digelar di Kota Batu, Jawa Timur.

Menurut Santosa, untuk mengatasi dampak kampanye hitam kelapa sawit di Indonesia, pemerintah harus meningkatkan diplomasi dagang. Terutama yang datang dari negara-negara Eropa.

"Hanya negosiasi dagang baik secara global maupun unilateral yang merupakan jalan keluar paling efektif dan beradab dalam mencegah dampak kampanye hitam sawit Indonesia dalam perdagangan minyak sawit ke depan," ujarnya seperti ditulis, Jumat (26/1/2018).

Sementara itu, Santosa mengaku sangat senang karena para pejabat tinggi negara, yaitu mulai dari Presiden Joko Widodo, Menko Kemaritiman, Menko Perekonomian, Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian sudah satu suara positif saat berbicara mengenai kelapa sawit.

"Bahkan Menteri Luar Negeri sendiri turut angkat bicara tentang sawit di Indonesia. Ini merupakan sebuah hal yang luar biasa bagi kami para pelaku bisnis sawit dan berharap suara-suara positif tersebut ditindaklanjuti dengan aksi-aksi diplomasi intensif untuk melindungi eksistensi sawit Indonesia di pasar global," ujarnya.

RI dan Malaysia Mendominasi Produksi Minyak Sawit

Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa Sawit (AFP PHOTO/Saeed KHAN)

Bagi CEO yang telah memimpin AAL sejak April 2017 lalu ini beranggapan, negosiasi dagang ke Eropa ini memiliki peluang keberhasilan yang cukup besar. Terlebih mengingat potensi pasar (secara bisnis) minyak sawit di Eropa yang kecil. Tercatat, jumlahnya hanya sekitar 2 juta ton per tahun.

Angka tersebut masih sangat jauh di bawah kapasitas produksi yang dimiliki Indonesia dan Malaysia. Di mana jumlahnya mampu mencapai berkali-kali lipat di atasnya, yaitu sekitar 54 juta ton per tahun.

"Secara bisnis, Eropa itu insignifikan. Sebetulnya kita tak perlu terlalu khawatir kehilangan pasar minyak sawit di Eropa karena dari total kita berdua dengan Malaysia mencapai 54 juta ton per tahun, sedangkan volume pasar Eropa cuma 2 juta ton per tahun. Nothing-lah sebenarnya, hanya kita antisipasi dari sisi politisnya," ucapnya.

Selain itu, negara-negara Eropa mengakui bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat besar. Karena itu, Santoso sangat berharap agar para menteri terus mengupayakan negosiasi dagang yang berimbang dengan negara-negara tersebut.

"Pemerintah harus lebih intensif memperjuangkan keberlanjutan dominasi Indonesia dalam pasar sawit dunia karena sawit merupakan salah satu dari dua komoditi asli Indonesia yang paling kuat daya saingnya di pasar global bersama batubara," tegasnya.

Tanggapan Seputar Aksi Demo Malaysia Menentang Kebijakan Parlemen Eropa

20160304-Kelapa Sawit-istock
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Terkait maraknya aksi demo yang terjadi di Malaysia yang menentang berbagai kebijakan parlemen Eropa yang anti terhadap pengembangan sawit di Malaysia, Santosa justru mengatakan bahwa sebaiknya Indonesia tidak perlu demo-demoan sebab aksi demo tersebut tidak memberikan dampak.

"Kalau menurut saya, kalau kita demo di sini, siapa yang mesti di demo? Pak Dubes? Dia juga gabisa. Kita mesti sadar bahwa di Eropa ini dia mem-protect pertanian dia, bahwa kedelai, rapeseed (canola), dan bunga matahari cukup besar. Jadi menurut saya, pertempurannya harus di diplomasi perdagangan, tanpa harus bikin keributan, sambil kita juga beres-beres, Astra ya nyantai aja," ucapnya.

Selain negosiasi dagang, menurut Santosa, potensi lain yang dapat digerakkan untuk melawan kampanye negatif mengenai perkelapasawitan Indonesia adalah media massa.

Santosa berharap media massa dapat lebih banyak memberitakan hal-hal positif mengenai industri perkelapasawitan.

"Teman-teman silahkan menghantam aspek budidaya kelapa sawit bila ada hal-hal yang tidak benar dalam praktik budidaya, tetapi jangan hantam industrinya," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya