Liputan6.com, Jakarta - Walaupun properti terhitung sebagai investasi yang menjanjikan untuk masa depan, masih banyak anak milenial belum berani membeli properti. Padahal sebenarnya, investasi properti bisa memberikan keuntungan hingga berkali-kali lipat.
Investasi properti dapat memberikan keuntungan yang menggiurkan dari peningkatan harganya yang terjadi setiap tahun. Jika properti tersebut disewakan, kamu bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari properti tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Tak heran bila banyak yang menjadikan investasi jenis ini sebagai modal pensiun di hari tua. Apalagi saat ini kebutuhan tempat tinggal, terutama di lokasi strategis, kian hari semakin tinggi sehingga investasi properti ini dianggap tetap menjanjikan.
Sayangnya, masih banyak kaum muda atau milenial belum berani investasi properti. Banyak alasan mengapa milenial tidak memiliki rumah dan tidak mau berinvestasi properti. Selain bergaya hidup boros, mereka masih menunda memiliki properti, sebut saja rumah. Semakin ditunda akhirnya mereka benar-benar tidak bisa memiliki rumah karena harga rumah setiap tahun naik gila-gilaan.
Berikut ini sejumlah alasan mengapa milenial selalu menunda membeli properti sehingga sulit memiliki rumah untuk sekadar menjadi tempat tinggal mereka, seperti dikutip dari situs perbandingan dan pengajuan produk keuangan HaloMoney.co.id.
1. Terlalu lama menganalisa, takut kemahalan
Anak-anak milenial sering khawatir dalam mengambil keputusan untuk membeli properti, misalnya rumah atau apartemen. Akhirnya mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk meneliti dan melakukan analisis harga, dan terlalu lama membandingkan harga dengan fasilitas properti.
Akhirnya mereka tidak kunjung membeli properti karena merasa belum memiliki pilihan yang tepat. Padahal properti memiliki banyak pilihan.
Â
2. Bingung dengan jenis properti yang sesuai kebutuhan
Sebagian milenial masih bingung untuk memutuskan memilih jenis properti yang cocok dengan kebutuhannya. Apakah membeli rumah atau apartemen yang masih di kawasan perkotaan?
Dengan membeli apartemen yang lokasinya masih di kawasan perkotaan, kamu akan mendapatkan unit hunian yang kecil, tapi lokasinya dekat dengan tempat kamu bekerja. Sedangkan jika kamu membeli hunian yang lokasinya jauh, kamu bisa mendapatkan tanah atau bangunan yang lebih luas.
Jangan lupa melihat biaya unit apartemen. Jangan sampai kamu terbebani biaya apartemen yang cukup banyak sehingga kamu mengalami masalah keuangan di kemudian hari.
Baca juga: Pinjaman KTA Tanpa Syarat Kartu Kredit
3. Belum punya uang muka atau Down Payment (DP)
Hambatan lainnya ialah milenial sulit mengumpulkan uang muka untuk membeli properti. Padahal mengumpulkan uang muka bisa dilakukan oleh siapa saja, asal ada kemauan untuk mengumpulkan secara perlahan. Apalagi jika kamu telah menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan.
Seorang pekerja lepas atau freelance saja bisa kok mengumpulkan uang muka sebesar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta dalam dua tahun. Dengan asumsi penghasilan bulananmu Rp 6 juta hingga Rp 8 juta per bulan, kamu menyisihkan 30 persen dari penghasilan bulanan secara rutian.
Advertisement
4. Khawatir ditipu agen atau pengembang
Sebagian pembeli properti khawatir tertipu oleh agen atau pengembang. Mereka takut dana yang telah disetor ke agen dan pengembang raib. Selain itu, dana yang diberikan tidak digunakan untuk membangun unit properti sehingga unit yang telah dibeli tidak kunjung selesai dikerjakan.
Solusinya, jangan ragu untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum kamu mengerti. Selain itu kamu memastikan dana yang kamu setorkan selalu memiliki bukti penerimaan dana yang jelas. Jangan pernah mengirim dana ke rekening pribadi agen pribadi, hanya ke rekening perusahaan.
5. Takut harganya jatuh, suku bunga KPR naik
Ada kekhawatiran jika properti yang dibeli turun harga akibat suku bunga naik? Kekhawatiran ini saat ini hampir sulit terjadi. Harga properti akan turun jika hanya terjadi krisis ekonomi seperti krisis 1998 dan 2008 lalu. Saat ini krisis ekonomi di Indonesia hampir sulit terjadi, terbukti inflasi masih terkendali.
Bagi kamu yang membeli properti dengan kredit, tentu khawatir suku bunga KPR akan melesat jika terjadi krisis ekonomi.
Guna mengurangi kekhawatiran seperti ini, sebaiknya kamu selalu memantau perkembangan ekonomi. Sejak dua atau tiga tahun belakangan, inflasi tahunan masih rendah sehingga suku bunga bank masih stabil. Di tahun-tahun mendatang pun, belum ada proyeksi yang menyebutkan ekonomi Indonesia akan mengalami krisis
Â