Rapor Merah Tiga Tahun Pemerintah Jokowi

Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan mengalami tekanan pada periode 2015-2017, sehingga menyebabkan penciptaan lapangan kerja di sektor tersebut menjadi negatif.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Feb 2018, 21:29 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2018, 21:29 WIB
Petani di sejumlah daerah di Banyumas dan Cilacap mulai panen. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani di sejumlah daerah di Banyumas dan Cilacap mulai panen. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa sektor ekonomi tercatat memiliki rapor merah dalam penciptaan lapangan kerja selama tiga tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). 

Peneliti sekaligus Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan, sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan mengalami tekanan pada periode 2015-2017, sehingga menyebabkan penciptaan lapangan kerja di sektor tersebut menjadi negatif.

"Artinya, pertumbuhan output sektor ini ternyata tidak mampu meningkatkan penduduk bekerja," ungkap dia di Kantor Indef, Jakarta, Selasa (20/2/2018).

Selain itu, Nailul menyebutkan, sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami penurunan rasio penciptaan kerja pada tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK. Pekerja di sektor tersebut rata-rata mengalami penurunan sebesar 49 ribu penduduk per tahun.

Sementara itu, Peneliti Indef, Andry Satrio Nugroho menuturkan, sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi mampu memberikan rata-rata tambahan penduduk bekerja terbesar selama tiga tahun ini, yakni sebesar 1,11 juta orang. 

"Hal ini didukung oleh boom e-commerce yang saat ini masih terus berlangsung, dan dukungan sektor pariwisata yang meningkat," jelas Andry.

Data dari Bank Indonesia menyebut, pada 2016, nilai investasi pada sektor e-commerce mencapai US$ 5 miliar, dengan total nilai transaksi sebesar Rp 75 triliun per tahun.

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

Penyebab Jumlah Pengangguran di RI Tambah 10 Ribu Orang

20160223-Ilustrasi-Pengganguran-iStockphoto
Ilustrasi Tidak Bekerja atau Pengangguran (iStockPhoto)

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut jumlah pengangguran di Indonesia bertambah sebanyak 10 ribu orang dari 7,03 juta orang di Agustus 2016 menjadi 7,04 juta pada Agustus tahun ini. Ada beberapa faktor penyebab angka pengangguran bertambah.

Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, dari jumlah angkatan kerja sebanyak 128,06 juta di Agustus 2017 sebanyak 7,04 juta orang tercatat pengangguran. Sedangkan jumlah yang orang yang bekerja 121,02 juta orang.

"Dalam setahun terakhir, pengangguran bertambah 10 ribu orang menjadi 7,04 juta di Agustus 2017," kata Kecuk saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (6/11/2017).

Dari data BPS, jumlah pengangguran di Agustus 2016 mencapai 7,03 juta, sementara di Februari 2017, angkanya 7,01 juta. Namun dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Agustus ini mengalami penurunan 0,11 poin dari 5,61 di Agustus 2016 menjadi 5,50 di periode yang sama tahun ini. Sedangkan TPT di Februari 2017 sebesar 5,33.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M. Sairi Hasbullah menambahkan angka pengangguran naik ada beberapa faktor. Pertama, suplai tenaga kerja banyak yang baru lulus. Kedua, karena alasan daya serap di sektor konstruksi yang mengalami stagnan.

"Sebetulnya daya serap industri manufaktur, dan perdagangan meningkat. Tapi ada semacam perlambatan daya serap di sektor konstruksi, stagnan," tegasanya.

Menurut Sairi, ada beberapa pembangunan infrastruktur yang sudah selesai, sehingga pekerjaan mereka telah tuntas. Karena ada jeda dengan pembangunan infrastruktur selanjutnya, maka untuk sementara mereka tidak bekerja, tapi tetap mencari pekerjaan.

"Faktor lain ada shifting penurunan tenaga kerja di sektor pertanian. Kemungkinan sebagian besar karena mereka kembali jadi ibu rumah tangga atau sebagian mungkin masih mencari pekerjaan yang pas, sehingga untuk sementara mereka pengangguran," terang Sairi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya