Rupiah Menguat, Ini Kata Bank Indonesia

BI menilai masyarakat harus lebih percaya terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia sehingga dapat dukung penguatan nilai tukar rupiah

oleh Merdeka.com diperbarui 27 Mar 2018, 15:43 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2018, 15:43 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai, masyarakat harus lebih percaya terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia sehingga dapat dukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pergerakan rupiah sempat tertekan terhadap dolar AS, BI menilai lebih didorong faktor eksternal. Namun, rupiah perlahan menguat. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi 13.708 per dolar AS pada 27 Maret 2018 dari periode 26 Maret 2018 di posisi 13.775.

Asisten Gubernur Kepala Dapartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Dody Budi Waluyo menyoroti penguatan yang terjadi terhadap nilai rupiah terhadap USD belakangan ini. Dia menuturkan, penguatan terhadap rupiah sebetulnya tidak perlu dibesar-besarkan. Hanya saja, masyarakat harus lebih percaya diri.

"Ini masalah confident saja, karena saya yakini bahwa kalau kondisinya domestiknya aman seharusnya tidak ada isu kalau rupiah itu terlampau murah dihargai sampai level tersebut jadi itu harusnya menjadi rupiah itu menjadi lebih kuat hanya masalah sekarang confident itu diperbaiki," kata Dody saat ditemui di Komisi XI RI, Jakarta, Selasa (27/3/2017).

Meski demikian, dirinya juga mengakui ada tekanan dari eksternal. Sementara secara domestik sendiri, lanjut dia, tidak membuat nilai tukar terhadap USD menjadi lemah, mengingat indikator-indikator yang telah dilakukan BI mampu berjalan maksimal.

"Kecenderungan indikator kita bagus semua inflasi bagus dan cadangan devisa kita memang masih belum turun tapi masih di level masih tinggi USD 128 miliar-USD129 miliar jadi harusnya konteksnya adalah jaga condident," jelas dia.

Sementara itu, terkait penguatan rupiah Doddy menuturkan, Bank Indonesia akan terus berkomunikasi banyak dengan pemerintah maupun Bank Indonesia.

"Paling bisa akan lebih banyak pemerintah Bank Indonesia akan lebih banyak komunikasi kepada publik," ujar dia.

Rupiah dibuka pada pagi ini di level Rp 13.711 atau menguat dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 13.738 per USD. Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah terus menguat usai pembukaan ke level Rp 13.696 per USD pada pukul 09.25 WIB, tetapi melemah kembali ke level Rp 13.714 per USD. Saat ini Rupiah berada di level Rp 13.706 per USD.

 

Reporter: Dwi Aditya

Sumber: Merdeka.com

 

 

 

Rupiah Melemah 0,27 Persen Sepanjang Maret

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menghitung mata uang dolar di Jakarta, Jumat (2/2). Dengan nilai tersebut posisi nilai tukar rupiah sudah masuk level undervalued, atau telah keluar dari level fundamentalnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Maret masih melanjutkan tren pelemahan. Tercatat hingga 14 Maret, rupiah melemah 0,27 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Zulferdi mengatakan masih berlanjutnya tren pelemahan ini masih karena sentimen rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada akhir bulan ini.

"Rupiah memang masih sedikit melemah, namun dibandingkan negara high yield country, pelemahan rupiah ini masih cukup minim dan lebih terjaga," kata Doddy di Gedung Bank Indonesia, Rabu, 14 Maret 2018.

Dia menyebutkan, hanya Afrika Selatan yang pelamahan mata uangnya lebih rendah dari Indonesia yaitu hanya 0,17 persen. Sementara negara lainnya seperti Turki mata uangnya telah melemah 0,32 persen, Brasil 0,28 persen dan Rusia 0,49 persen.

Doddy meyakini, peluang rupiah untuk kembali menguat masih cukup besar. Hanya saja, proses itu akan terjadi pasca FOMC meeting yang akan diselenggarakan pada 21 Maret 2018.

Keyakinan Doddy tersebut mengacu pada berbagai indikator ekonomi dalam negeri Indonesia yang menunjukkan data cukup positif. Seperti di antaranya inflasi yang tetap terjaga, pertumbuhan ekonomi lebih baik dan juga cadangan devisa sangat mencukupi.

"Jadi sebenarnya kalau melihat dari sisi domestik masih banyak peluang rupiah untuk kembali menguat di level fundamentalnya. Apalagi setelah FOMC meeting terlaksana nanti pasar akan lebih stabil," dia menegaskan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya