Pembangunan Jaringan Listrik Ruteng-Labuan Bajo Terganjal Pengusaha Malaysia

Pembangunan SUTT 150 kV Ruteng-Labuan Bajo, di Flores, NTT menemui kendala, terhambat investor asal Malaysia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Mar 2018, 19:26 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 19:26 WIB
Jaringan Kelistrikan PLN
Jaringan kelistrikan PLN (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Flores - PT PLN (Persero) kerap menemui kendala‎ pembebasan dalam membangun infrastruktur kelistrikan, di antaranya pembangunan transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Ruteng-Labuan Bajo, di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Direktur PLN Regional Jawa Bagian Timur Bali Nusa Tenggara, Joko Raharjo Abu Manan mengatakan,‎ dari 230 tapak tower SUTT sepanjang 150 kilometer sirkit (kms) yang harus dibangun PLN, masih tersisa dua tapak t‎ower yang belum dibangun.

Salah satu kendala pembangunannya adalah belum mendapatkan kesepakatan dari pihak pemilik lahan untuk dilintasi kabel SUTT atau Right of Way (ROW).

‎Menurut Joko, lahan tersebut dikelola oleh pengusaha wisata dari Malaysia. Agar pembangunan jaringan listrik tersebut bisa dapat diselesaikan dengan cepat, PLN menempuh jalur konsinyasi, yaitu pembebasan lahan dengan penitipan uang pengganti di pengadilan.

"Tinggal satu tower lagi kebetulan ini orang Malaysia, kita selesaikan (di) pengadilan. Enggak apa-apa ada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012, kami melakukan kosinyasi," kata Joko, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Rabu (28/3/2018).

Bupati Manggarai Barat, Agustinus C. Dula mengungkapkan, pemerintah daerah Manggarai Barat menyambut baik investor, tetapi harus mementingkan pembangunan infrastruktur.

"Investor silakan datang, mendapat keuntungan sebesar-besarnya silakan, bangkrut silakan. Yang penting Manggarai Barat mendapat dampak positif. ‎Saya rasa investor juga tahu diri bahwa dalam membangun wisata, listrik jadi kebutuhan dasar," ucapnya.

 

Masyarakat Sempat Menolak

Jaringan Kelistrikan
Jaringan Kelistrikan (Liputan6.com/Gempur M Surya)

‎Agustinus mengakui, pada tahap awal masyarakat‎nya juga sempat menolak pembangunan infrastruktur kelistrikan. Namun setelah dilakukan pendekatan secara sosial dan budaya, saat ini masyarakat malah memberikan dukungan.

"Dalam rangka pemasangan jaringan listrik banyak lahan yang terkendala, di pohon dituliskan tidak boleh membangun tiang listrik di sini. Tapi itu tahap awal," tutup Agustinus.

‎Dengan terbangunnya SUTT 150 KV Ruteng-Labuan Bajo akan meningkatkan pasokan daya sebesar 15 megawatt (MW) dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ulumbu dan 20 MW dari MPP Flores. Dengan adanya jaringan ini, maka keandalan sistem kelistrikan Labuan Bajo dan sistem kelistrikan Flores akan meningkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya