Jurus Bank Mandiri Tingkatkan Kompetensi Pegawai di Era Digital

Bank Mandiri bekerjasama dengan STIE Indonesia Banking School (IBS) untuk meningkatkan kemampuan tenaga kriya perseroan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2018, 13:20 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2018, 13:20 WIB
(Foto: Merdeka.com/Wilfridus S)
Bank Mandiri gandeng IBS (Foto:Merdeka.com/Wilfridus S)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Mandiri bekerjasama dengan STIE Indonesia Banking School (IBS) untuk meningkatkan kemampuan tenaga kriya perseroan untuk menjawab kebutuhan tenaga perbankan digital.

Penandatanganan kerja sama  dilakukan di sela-sela Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Revolusi Industri 4.0 (Digital) di Jakarta, Senin (7/5/2018).

Dalam program beasiswa ini, tenaga kriya Mandiri yang potensial dan berprestasi akan diusulkan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru dan setelah dinyatakan lulus seleksi, akan mendapatkan kesempatan kuliah di Program Perbankan IBS dan meraih gelar S1. 

Tenaga kriya adalah program pemagangan atau belajar bekerja secara terpadu di Bank Mandiri dengan penempatan di berbagai unit kerja atau kantor cabang Bank Mandiri di seluruh Indonesia dalam periode 1 tahun dan bisa diperpanjang maksimal 3 tahun.

Kerja sama Nota Kesepahaman tentang penyelenggaraan program pendidikan S-1 bagi peserta program kriya mandiri ini ditandatangani oleh Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank Mandiri Rico Usthavia Frans dan Ketua STIE Indonesia Banking School Subarjo Joyosumarto. 

"Tantangan industri perbankan saat ini adalah persaingan ketat dengan pelaku usaha berbasis teknologi informasi. Untuk itu, kami merasa perlu mempersiapkan sumber daya manusia di Bank Mandiri, bahkan untuk tenaga kriya, agar memiliki kemampuan dasar perbankan digital yang mumpuni," ungkap Pejebat Eksekutif Bank Mandiri, Agus Dwi Handaya, di Kompleks LPPI, Jakarta.

Agus menambahkan, kerja sama ini juga akan memberikan peluang yang lebih baik kepada tenaga kriya Bank Mandiri untuk membangun kompetensi serta meningkatkan karier, baik di Bank Mandiri maupun di tempat lain.

"Untuk mendapatkan kesempatan ini, setiap tenaga kriya akan melalui proses seleksi internal, untuk didapatkan calon yang paling unggul antara lain terkait penilaian kinerja serta latar belakang pendidikan, selanjutnya hasil seleksi akan mengikuti proses seleksi mahasiswa baru sesuai ketentuan yang berlaku di IBS," ujar dia.

Dalam proses pendidikan yang dilaksanakan di program studi yang direncanakan, para tenaga ahli Bank Mandiri juga diberi kesempatan untuk ikut membagikan ilmu dan pengetahuannya sebagai dosen tamu di IBS.

Hal ini tentu dapat menambah kompetensi lulusan sesuai dengan harapan dunia kerja, karena akan mendapatkan contoh kasus-kasus nyata dan penyelesaiannya sebagai pengayaan materi pembelajaran.

 

Selanjutnya

Kredit Pendidikan UGM
mahasiswa UGM bisa mengajukan kredit pendidikan ke Bank Mandiri yang memungkinkan mereka menyicil biaya kuliah setelah lulus dan bekerja

Sementara itu, Subarjo Joyosumarto mengungkapkan pelaksanaan seminar dan penandatanganan kerjasama dengan Bank Mandiri merupakan inisiatif IBS dalam mengingatkan industri perbankan akan tantangan saat ini, terutama dengan pelaku usaha berbasis teknologi informasi.

"Untuk itu, kami berharap kegiatan ini dapat menggali dan menciptakan ekosistem untuk mendorong bisnis menjadi lebih efektif dan efisien,” kata Subarjo.

Subarjo menuturkan, kepemimpinan memegang peranan penting pada era digital ini, tidak terbatas dalam transformasi teknologi saja. Namun jauh lebih penting bagaimana pemimpin dapat mempersiapkan perusahaannya mampu terus beradaptasi dan berubah di tengah-tengah lingkungan bisnis yang baru. 

Sejalan dengan itu, tantangan utama para pemimpin saat ini adalah membangun kompetensi Sumber Daya Manusia yang adaptable (yang sesuai) dengan tantangan di era revolusi industri 4.0 (Digital).

Dalam era “Zaman Now” ini, kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting, tidak terbatas dalam transformasi teknologi saja.Namun jauh lebih penting bagaimana pemimpin dapat mempersiapkan perusahaannya agar mampu terus beradaptasi dan berubah di tengah-tengah lingkungan bisnis yang baru. 

Sejalan dengan itu, tantangan utama para pemimpin saat ini adalah membangun kompetensi Sumber Daya Manusia yang adaptable (yang sesuai) dengan tantangan di era revolusi industri 4.0 (Digital).

 

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya