Alasan Ekspor RI Menurun pada Juni 2018

BPS mencatat nilai ekspor lndonesia Juni 2018 mencapai USD 13,00 miliar atau menurun 19,80 persen dibanding ekspor Mei 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 16 Jul 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2018, 14:00 WIB
Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Suasana pelayaran di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Indonesia diprediksi akan kembali mendulang surplus neraca perdagangan di April 2017 di bawah US$ 1 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor lndonesia Juni 2018 mencapai USD 13,00 miliar atau menurun 19,80 persen dibanding ekspor Mei 2018. Sementara dibanding Juni 2017 meningkat 11,47 persen. 

Kepala BPS, Suharyanto menyebutkan ekspor nonmigas Juni 2018 mencapai USD 11,28 miliar. Angka itu turun 22,57 persen dibanding Mei 2018. Sementara dibanding ekspor nonmigas Juni 2017, naik 8,61 persen. 

"Secara kumulatif, nilai ekspor lndonesia Januari-Juni 2018 mencapai USD 88,02 miliar  atau meningkat 10,03 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD 79,38 miliaratau meningkat 9,66 persen," kata Suharyanto di kantornya, Senin (16/7/2018).

Suharyanto menuturkan, penurunan terbesar ekspor nonmigas Juni 2018 terhadap Mei 2018 terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar USD 241,1 juta (36,21 persen). Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD 119,0 juta (6,11 persen).

"Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Juni 2018 naik 5,35 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 36,16 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 7,68 persen," ujar dia.

Dia mengatakan, ekspor menurun sebab ada momen libur Lebaran pada Juni. "Terbukti 2 tahun sebelumnya pattern-nya sama. Lebaran akan naik lagi,” kata dia.

China dan Amerika Serikat pun masih catatkan tujuan ekspor Indonesia yang besar. Ekspor nonmigas Juni 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD 2,05 miliar, disusul Jepang USD 1,23 miliar dan Amerika Serikat USD 1,13 miliar. Kontribusi dari ketiga negara itu mencapai 39,16 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD 1,17 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor indonesia terbesar pada Januari-Juni 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 14,63 miliar (16,62 persen), diikuti Jawa Timur USD 9,23 miliar (10,49 persen) dan Kalimantan Timur USD 9,10 miliar  (10,34 persen). 

Suharyanto meminta, pemerintah untuk terus berkomitmen meningkatkan ekspor sebab nilai impor Indonesia masih cukup tinggi meski turun. "Perlu perhatian pemerintah untuk komitmen meningkatkan ekspor dan menerapkan berbagai kebijakan," kata dia.

 

 

 

RI Cetak Surplus pada Juni 2018

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Nelayan berlayar saat aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI sepanjang Juni 2018 mengalami surplus sebesar USD 1,74 miliar. Sebelumnya neraca perdagangan RI mengalami defisit sebesar USD 1,52 miliar  pada Mei 2018.

"Surplus ini berasal dari surplus non-migas USD 2,14 milliar. Tapi terkoreksi defisit oleh migas terutama hasil minyak. Neraca perdagangan Juni surplus cukup lumayan. Diharapkan neraca perdagangan akan surplus pada bulan-bulan berikutnya," kata Kepala BPS , Suhariyanto di Kantornya, Senin 16 Juli 2018.

Sementara itu, posisi ekspor Indonesia pada Juni 2018, BPS mencatat sebesar USD 13,00 miliar atau turun 19,80 persen dari posisi Mei 2018 yang sebesar USD 16,12 miliar.

"Apabila dibandingkan dengan Juni 2017 maka terjadi kenaikan ekspor sebesar 11,47 persen dari sebesar 11,66 miliar," ujar dia. 

Sementara dari sisi impor, pada Juni 2018 tercatat sebesar USD 11,26 miliar atau turun 36,27 persen dari posisi Mei 2018 sebesar USD 17,64 miliar. Bila dibandingkan dengan impor Juni 2017 tercatat naik sebesar 12,66 persen dari sebesar USD 9,99 miliar. 

Neraca perdagangan Juni 2018 baik impor maupun ekspor menurun. Ini karena siklus Lebaran. Adanya libur panjang sehingga berkurangnya kegiatan ekonomi.  

"Penurunan ekspor di Juni 2018 yang berketepatan dengan Lebaran ini hal biasa yang terjadi. Ada libur panang jadi penurunan kegiatan ekonomi. Penurunan impor di bulan Lebaran juga sesuatu yang biasa, karena terjadi di tahun-tahun sebelumnya,” ujar dia.

"Juni 2018 penurunan impor jauh lebih tajam dibanding periode tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan supaya ke depan bisa lebih turun," tambah dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya