Bos PLN Akui Diperiksa KPK Sebagai Saksi Kasus Suap PLTU Riau

Dirut PLN Sofyan Basir mengaku kaget saat mendapat kabar jika kediamannya disambangi Komisi Antirasuah tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2018, 17:25 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2018, 17:25 WIB
Dirut PLN Buka-bukaan Setelah Rumahnya Digeledah KPK
Dirut PLN Sofyan Basir (dua kanan) memberi keterangan pers setelah rumahnya digeledah oleh KPK, Jakarta, Senin (16/7). Sebagai tuan rumah, Sofyan membantu KPK dengan memberikan sejumlah dokumen informasi terkait proyek Riau 1. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir memberikan keterangan terkait penggeledahan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumahnya, Jalan Taman Bendungan Jatiluhur II, Benhil, Jakarta Pusat pada Minggu (15/7/2018).Hal ini terkait pengembangan kasus dugaan suap PLTU Riau-1.

Sofyan mengaku kaget saat mendapat kabar jika kediamannya disambangi Komisi Antirasuah tersebut. Sebab, saat itu ia sedang tidak berada di rumah.

"Saya tidak di rumah. Datang, kaget lah. Lumrah kan," ujar dia dalam konferensi pers, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (16/7/2018).

Meskipun demikian, Sofyan mengaku bertindak kooperatif selama proses penggeledahan oleh KPK.

"Pertama, kami menghormati proses hukum yang dilakukan KPK dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah. Saya taat atas hukum yang berlaku," jelasnya.

Sofyan pun mengatakan pemeriksaan yang dilakukan KPK dalam kapasitasnya sebagai saksi. "Saksi lah (status hukum)," dia menandaskan.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

 

Geledah Rumah Dirut PLN, Apa yang Dicari KPK?

Tim Penyidik KPK Geledah Rumah Dirut PLN
Penyidik KPK membawa koper saat penggeledahan di rumah Dirut PLN Sofyan Basir di Bendungan Hilir, Jakarta, Minggu (15/7). Penggeledahan terkait kasus suap yang melibatkan Eni Maulani Saragih dan Johannes Budisutrisno Kotjo. (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan penggeledahan rumah Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir diJalan Taman Bendungan Jatiluhur II, Benhil, Jakarta Pusat. Penggeledahan ini terkait kasus suap yang melibatkan anggota Komisi VII DPR RI Eni Maulani Saragih dengan Bos PT Blackgold Natural Recourses Limited, Johanes B Kotjo.

Hasil dari penggeledahan tersebut, penyidik membawa beberapa dokumen penting dengan menggunakan empat koper dan juga empat kardus berwarna cokelat berukuran sedang.

Selain rumah Dirut PLN, KPK juga melakukan penggeledahan di empat lokasi lainnya, yakni rumah tersangka EMS, rumah tersangka JBK, kantor tersangka JBK, apartemen JBK dan rumah Dirut PLN. Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengatakan, dirinya belum bisa memberikan informasi terkait penggeledahan tersebut. 

"Kalau ditanya (hasil geledah) belum ada laporan, seperti yang disampaikan Febri (jubir KPK) kan sudah jelas ada. Tapi kita belum ada laporan, tunggu laporannya dulu, kita belum tahu apa yang didapat," kata Saut di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Minggu (15/7/2018).

Selain itu, dirinya juga belum bisa menyampaikan apa yang dan siapa yang dicari oleh penyidik KPK. Karena semua itu menurutnya adalah kewenangan para penyidik dan dirinya juga masih harus menunggu laporan hasil penggeledahan.

"Penyidik lebih tahulah (siapa dan apa yang dicari), pasti itukan normatif ya. Ada bukti awal yang menurut penyidik yang bisa ditindaklanjuti mereka bekerja. Tapi laporan belum, masih kita tunggu," ujarnya.

Saut pun menyebut, untuk besar atau tidaknya kasus ini sangatlah relatif. Dalam kasus ini dirinya sudah memanggil sejumlah pihak terkait.

"Kalau bicara ada seribu seratus triliun dana 35 ribu mega watt yang disiapkan itu kita sudah bicarakan pada awal Januari 2017," ungkap Saut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya