Menko Darmin Berharap Tak Ada Kenaikan Harga BBM di 2019

Pemerintah menargetkan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) rata-rata mencapai USD 70 per barel.

oleh Merdeka.com diperbarui 16 Agu 2018, 21:22 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2018, 21:22 WIB
Paparkan RAPBN 2019, Menteri Kabinet Kerja Kompak Duduk Bersama
Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama sejumlah menteri memberi keterangan pers RAPBN 2019 di Media Center Asian Games, Jakarta, Kamis (16/8). Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan perhatian utama pada 2019. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap tidak ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di 2019. Meski demikian, hal tersebut ditentukan oleh fluktuasi harga minyak, di mana pemerintah menargetkan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) rata-rata mencapai USD 70 per barel.

"Kalau USD 70 per barel ya tidak akan ada kenaikan. Tapi kalau tidak USD 70 per barel ya lain lagi cerita," ujar Menko Darmin saat ditemui di Gedung JCC, Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Di tempat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam menetapkan harga minyak sebesar USD 70 per barel, pemerintah telah mempertimbangkan kondisi terkini perdagangan minyak dalam negeri maupun perdagangan minyak secara global.

"Untuk harga minyak, kami memperkirakan atau menggunakan angka USD 70 per barel. Ini adalah salah satu jenis prediksi yang paling sulit terus terang. Kami menggunakan USD 70 per barel itu adalah berdasarkan tren yang kita lihat selama 6 bulan terakhir," jelasnya.

Sri Mulyani mengakui, penetapan ICP ini cukup jauh dari target pemerintah dalam APBN 2018 sebesar USD 48 per barel. Untuk itu, penetapan harga ICP sebesar USD 70 per barel di 2019 dinilai sudah cukup kredibel.

"Sebetulnya berubah sangat besar dibandingkan asumsi tahun 2018 untuk diketahui asumsi untuk 2018 oil price itu sebanyak USD 48 per barel. Sekarang sudah selalu berada di kisaran 70 dan kita memprediksi mungkin 70 adalah save range yang akan bisa membuat APBN kita lebih kredibel," jelasnya.

"Meskipun kalau kita lihat proyeksi ada yang mengatakan minyak bisa naik ke USD 90 per barel bahkan bisa juga turun ke USD 50 per barel. Jadinya adalah sesuatu ketidakpastian yang harus terus kita jaga dari sisi APBN," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jokowi Akui Makin Sulit Prediksi Harga Minyak di 2019

Pidato Presiden Jokowi Di Sidang Tahunan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR 2018 di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8). Sidang ruitn ini dilaksanakan jelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pemerintah memperkirakan harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) berada di level USD 70 per barel. Hal tersebut telah dicantumkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, harga minyak dunia semakin tidak bisa diprediksi, kondisi tersebut berdampak pada fluktuatsi harga minyak Indonesia.

"Pergerakan ICP, itu seiring dengan dinamika harga minyak mentah dunia yang semakin sulit diprediksi," kata Jokowi, dalam pidato nota keuangan RAPBN 2019, di Gedung DPR MPR, Jakarta, Kamis (16/8/2018). 

Meski demikian, pemerintah menetapkan ICP dalam RAPBN 2019, diperkirakan rata-rata USD 70 per barel.‎ Beberapa faktor yang diperkirakan memengaruhi harga minyak mentah dunia dan ICP adalah geopolitik global.

"Peningkatan permintaan seiring pemulihan ekonomi global, dan penggunaan energi alternatif," lanjut Jokowi.‎

Untuk produksi siap jual (lifting) minyak bumi pada 2019 diperkirakan mencapai rata-rata 750 ribu barel per hari, sementaralifting gas bumi diperkirakan rata-rata 1.250 juta barel setara minyak per hari.

"Perkiraan tingkat lifting tersebut, berdasarkan kapasitas produksi dan tingkat penurunan alamiah lapangan-lapangan migas yang ada, penambahan proyek yang akan segera beroperasi, serta rencana kegiatan produksi 2019," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya