Liputan6.com, Jakarta Di saat banyak negara di dunia menghadapi ketidakpastian geopolitik sepanjang 2024, bisnis di kawasan Asia-Pasifik justru mengalami tahun yang positif. Pasar saham utama di kawasan ini mencatat kenaikan, didorong oleh kebijakan bank sentral yang melonggarkan kebijakan moneter serta lonjakan industri teknologi akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Laporan terbaru dari TIME dan Statista yang menganalisis 500 perusahaan terbaik di Asia-Pasifik menunjukkan bahwa sektor perbankan dan layanan keuangan menjadi pemimpin dalam peringkat tersebut. Pemeringkatan ini didasarkan pada pertumbuhan pendapatan, survei kepuasan karyawan, serta data ketat mengenai lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG).
Advertisement
Baca Juga
Namun, apakah tren positif ini akan berlanjut di 2025 masih menjadi pertanyaan, terutama dengan kebijakan perdagangan proteksionis yang mungkin diberlakukan oleh Presiden AS yang kembali terpilih, Donald Trump. Dengan dinamika bisnis yang terus berubah, tahun 2025 diperkirakan akan membawa tantangan sekaligus peluang baru bagi perusahaan di Asia-Pasifik.
Advertisement
Dalam daftar terbaru yang dirilis TIME, setidaknya ada 21 perusahaan asal Indonesia yang masuk sebagai perusahaan terbaik di Asia Pasifik. Perusahaan-perusahaan terbaik Indonesia dalam daftar TIME berasal dari berbagai sektor, mencerminkan keberagaman ekonomi nasional.
Sektor perbankan, teknologi, dan ritel menunjukkan pertumbuhan pesat, sementara energi dan infrastruktur tetap menjadi pilar utama pembangunan ekonomi. Dengan tantangan geopolitik dan tren keberlanjutan yang semakin menguat, perusahaan-perusahaan ini perlu terus berinovasi agar tetap kompetitif di Asia-Pasifik.
Melansir publikasi TIME, Kamis (13/2/2025), berikut daftar perusahaan tercatat atau emiten Indonesia yang berhasil tampil sebagai perusahaan terbaik dunia di kawasan Asia Pasifik:
- PT Pertamina (Persero): peringkat 32, skor 93.00
- Bank Mandiri: peringkat 105, skor 88.91
- PT Astra International Tbk: peringkat 118, skor 88.26
- Bank Rakyat Indonesia (BRI): peringkat 126, skor 87.86
- PT Adaro Energy Tbk: peringkat 158, skor 86.86
- Bukalapak: peringkat 162, skor 86.66
- Wijaya Karya (WIKA) (Persero): peringkat 182, skor 85.83
- Bank Central Asia (BCA): peringkat 196, skor 85.41
- Kalbe: peringkat 215, skor 84.76
- PT Mayora Indah Tbk (Mayora): peringkat 236, skor 83.88
- PT PLN (persero): peringkat 271, skor 82.16
- Bank Negara Indonesia (BNI): peringkat 282, skor 81.57
- Garuda Indonesia: peringkat 292, skor 81.18
- Telkom Indonesia: peringkat 302, skor 80.62
- J&T express: peringkat 322, skor 79.40
- PT ANTAM Tbk: peringkat 441, skor 74.63
- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI): peringkat 461, skor 73.60
- PT Hero Supermarket Tbk: peringkat 472, skor 73.45
Perbankan dan Investasi Berkelanjutan Melesat
Setengah dari 10 besar dalam daftar 500 perusahaan terbaik di Asia Pasifik ini terdiri dari bank dan perusahaan keuangan, dengan DBS Bank dari Singapura berada di peringkat pertama, diikuti oleh Maybank dari Malaysia di posisi kedua. Hal ini mencerminkan meningkatnya investasi berbasis keberlanjutan seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan.
Baik pemerintah maupun perusahaan kini mendorong inovasi hijau, seperti energi terbarukan, kendaraan listrik (EV), dan rantai pasokan berkelanjutan. CEO DBS Bank, Piyush Gupta, pernah mengatakan kepada TIME pada 2020 bahwa pemikiran tentang keberlanjutan telah menjadi bagian utama dari bisnis mereka.
Selain itu, industri otomotif juga mengalami pergeseran besar menuju kendaraan listrik. Tiga dari sepuluh perusahaan teratas dalam daftar ini berasal dari sektor otomotif, dengan Kia dari Korea Selatan menempati posisi ketiga.
Transformasi Digital dan Fintech Semakin Berkembang
2024 juga menjadi tahun di mana adopsi AI dan transformasi digital semakin meningkat di Asia-Pasifik. Perusahaan-perusahaan di kawasan ini mengakselerasi digitalisasi untuk meningkatkan operasional, pengalaman pelanggan, serta produktivitas. Pertumbuhan dompet digital, teknologi blockchain, dan cryptocurrency semakin mengubah lanskap layanan keuangan. Singapura, khususnya, semakin memperkuat posisinya sebagai pusat fintech, dengan masyarakat yang semakin mengandalkan pembayaran seluler dan solusi perbankan inovatif.
Di sektor teknologi, aplikasi ride-hailing Grab, yang berada di peringkat ke-27, berkembang menjadi “superapp” dengan menawarkan layanan keuangan seperti pinjaman serta berbagai layanan konsumen lainnya, termasuk pemesanan tiket. CEO Grab, Anthony Tan, menyatakan bahwa perusahaan awalnya berfokus pada dampak sosial, tetapi kini juga menargetkan keberlanjutan lingkungan sebagai bagian dari misinya.
Advertisement
Sektor Kesehatan dan E-Commerce Berkembang
Setelah pandemi, sektor kesehatan dan kebugaran mengalami pertumbuhan signifikan. Dari teknologi kebugaran hingga makanan organik dan layanan kesehatan mental, perusahaan di Asia-Pasifik memanfaatkan meningkatnya minat masyarakat terhadap kesejahteraan. QBE Insurance dari Australia menempati peringkat ke-18, sementara perusahaan asuransi Jepang, Nippon Life Insurance dan Dai-ichi Life Holdings, masing-masing berada di posisi ke-28 dan ke-33.
E-commerce juga terus berkembang pesat, terutama di China, India, dan Asia Tenggara. Perusahaan kini fokus menciptakan pengalaman ritel yang lebih mulus dengan menggabungkan toko fisik dan platform digital. JD.com menjadi perusahaan China dengan kinerja terbaik kedua dan menempati peringkat ke-42 secara keseluruhan.
Geopolitik Mendorong Pergeseran Rantai Pasokan
Ketegangan geopolitik, terutama antara AS dan China, mendorong perusahaan untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka. Banyak yang memindahkan produksi atau sumber bahan baku ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, dan Indonesia dalam strategi yang dikenal sebagai near-shoring atau friend-shoring.
Sementara itu, perusahaan AI seperti Baidu dari China menempati peringkat ke-80, mencerminkan pesatnya perkembangan teknologi AI di kawasan ini. CEO Baidu, Robin Li, menyebut ledakan AI saat ini sebagai “pergeseran paradigma dalam interaksi manusia dan komputer” yang akan melahirkan jutaan aplikasi baru berbasis AI yang saat ini masih sulit dibayangkan.