Gudang Bulog Penuh, Ini Usul dari Pedagang Beras

Bulog terpaksa harus meminjam gudang TNI AU dan menyewa gudang lain untuk menyimpan stok berasnya.

oleh Merdeka.com diperbarui 19 Sep 2018, 21:38 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 21:38 WIB
Pedagang beras di Pasar Pondok Gede. (Dok Foto: Liputan6.com/Bawono Yadika Tulus)
Pedagang beras di Pasar Pondok Gede. (Dok Foto: Liputan6.com/Bawono Yadika Tulus)

Liputan6.com, Jakarta Gudang penyimpanan beras Bulog tidak mencukupi untuk menyimpan stok beras. Bahkan Bulog terpaksa harus meminjam gudang TNI AU dan menyewa gudang lain untuk menyimpan stok berasnya.

Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid menyarankan agar Bulog semakin giat melakukan operasi pasar.

"Kalau masalah beras Bulog itu berlebih, gudangnya kurang itu sebenaranya gampang saja kalau menurut pendapat saya. Sederhana saja jawabannya, sebagai kami pelaku pasar ya buka saja keran operasi pasar," kata Zulkifli saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (19/9/2018).

Dia menjelaskan, pedagang selama ini enggan membeli beras dari Bulog sebab tidak memiliki jaminan kenyamanan dalam berusaha.

Dia mengungkapkan, setelah membeli stok beras dari Bulog pedagang biasanya akan kesulitan menjualnya kembali pada konsumen sebab rasa beras yang kurang enak.

"Yang kami minta cuma kami meminta sama pemerintah jaminan untuk kami nyaman kami bekerja sesudah operasi pasar disuruh buka, sesudah itu kami membeli beras ke Bulog, sesudah itu kami gak bisa jual," tambah dia.

Dia mengungkapkan, salah satu cara menjual beras impor adalah dengan mengoplosnya dengan beras lokal.

"Kalau mau jujur beras Vietnam dan Thailand itu berkali-kali saya ulang itu beras itu kalau gak diaduk gak laku, masalahnya beras rasanya hambar dan tawar. Jadi kami ngaduk beras itu bukan mengambil keuntungam semata, tapi untuk menciptakan rasa. Beras Vietnam dan Thailand itu tawar dan hambar, kalau diaduk dengan beras lokal kita dia mempunyai rasa," jelasnya.

Dengan demikian, lanjutnya, harga beras di pasaran pun bisa ditekan dan tidak akan mengalami lonjakan.

"Jadi itulah gunanya (beras impor) untuk menekan kenaikan harga beras di lokal itu caranya begitu yang efektif gitu loh. Jadi diaduk satu-satu."

Dia mencontohkan harga beras impor yang dijual Bulog dengan rasa hambar adalah Rp 8.000 per Kg. Sementara beras medium lokal adalah Rp 9.000 per Kg. Jika keduanya dioplos bisa menghasilkan beras yang memiliki cita rasa dengan harga yang terjangkau yaitu antara Rp 8.000 dan Rp 9.000.

"Jadi intinya beras lokal kita Rp 9.000 jadinya Rp 8.500 (setelah dioplos) . Rp 8.500 taruh tambah ongkos jadi Rp 8.750 atau Rp 8.800. Jadi harga beras kita di pasar induk Rp 9.000 tapi sesudah diaduk kita menjual Rp 8.800 kita sudah untung. Gunanya beras impor ini."

Kendati demikian dia mengungkapkam selama ini proses mengoplos beras tersebut dianggap ilegal dan menjadikan pedagang yang melakukannya dianggap sebagai oknum.

"Kami pelaku pasar meminta jaminan surat pernyataan bahwa kami tuh tidak ada larangan untuk kami mengoplos dan mengaduk dan mebgirim ke konsumen kami yang meminta."

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Bos Bulog Akui Operasi Pasar Tak Terserap Maksimal

Pedagang beras di Pasar Cinangsi Kecamatan Gandrungmangu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pedagang beras di Pasar Cinangsi Kecamatan Gandrungmangu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengakui bahwa beras yang digelontorkan melalui operasi pasar (OP) tidak terserap maksimal, yakni tidak lebih dari 1.000 ton per hari.

"Kami evaluasi pasar memang stok masih banyak. Harga masih banyak tetapi kebutuhan masyarakat akan beras masih sedikit. Kami tawarkan ke pedagang juga belum mau, karena stoknya masih banyak," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas seperti dikutip dari Antara, Rabu )19/9/2018).

Buwas menyebutkan bahwa meski kegiatan OP beras terus dilakukan demi menjaga kestabilan harga beras medium, kenyataannya harga beras medium masih terbilang stabil dengan rata-rata di sejumlah wilayah Rp 9.000 per kg atau di bawah HET sebesar Rp 9.450 per kg.

Sementara itu, posisi stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur lebih dari 47 ribu ton dengan suplai beras yang masuk setiap hari 4.000 ton per hari.

Namun, operasi pasar dengan jumlah beras yang digelontorkan per hari sebesar 15 ribu ton, belum mampu terserap secara maksimal, yakni hanya terserap 1.000 ton.

Oleh karena itu, Perum Bulog pun mengadakan rapat koordinasi dengan mengundang kepala divisi regional dan kepala sub divisi regional wilayah Pulau Jawa. Rakor ini dilakukan untuk melaksanakan operasi pasar lebih masif lagi untuk menjaga stabilisasi harga beras.

"Makanya saya hari ini kumpulkan teman-teman di jajaran Bulog. Kami akan masif turun ke pengecer-pengecer, bahkan dagang sendiri. Saya kumpulkan organisasi untuk mendistribusikan beras-beras OP," kata Buwas.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya