RI Berpeluang Ambil Pasar Ekspor Ikan Patin Vietnam di AS dan Eropa

Vietnam mampu memproduksi ikan patin sebanyak 1,19 juta ton per tahun. Sedangkan Indonesia baru 437 ribu juta ton

oleh Septian Deny diperbarui 25 Okt 2018, 15:15 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2018, 15:15 WIB
20150921-Ikan Patin
Pemakaian pakan fermentasi telah menguntungkan para peternak ikan patin karena bobot berat ikan dapat bertambah. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Produk ikan patin Indonesia berpotensi masuk ke pasar‎ Amerika dan Eropa. Hal ini menyusul berkurangnya pasokan ikan tersebut dari Vietnam.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan(KKP), Rifky Efendi Hardijanto mengatakan, saat ini potensi pasar ikan patin Amerika dan Eropa terbuka lebar.

KKP akan memaksimalkan pemanfaatan Integrated Cold Storage (ICS) untuk mendongkrak industrialisasi ikan patin nasional.

“Pangsa pasar ikan patin Amerika dan Eropa besar. Dan saat ini pasar itu kosong karena mulai ditinggalkan oleh Vietnam. Makanya ini potensi besar bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan itu,” ujar dia di Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Dia menjelaskan, sejak 20 tahun yang lalu, Vietnam telah mencanangkan diri sebagai produsen patin dunia, yang mampu mengisi pasar patin global.

Hanya saja, seiring berjalannya waktu, Vietnam tidak menjaga kualitas sehingga pasar Amerika dan Eropa tidak lagi impor ikan patin dari negara tersebut.

“Tentu saja ini peluang buat Indonesia, untuk garap pasar Amerika dan Eropa,” kata dia.

Berdasarkan data yang didapat KKP, Vietnam mampu memproduksi patin sebanyak 1,19 juta ton per tahun. Sedangkan Indonesia baru 437 ribu juta ton. Namun ekspor patin nasional memang belum terlalu tinggi karena lebih banyak diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

“Makanya ke depan bukan hanya kita produksi untuk konsumsi dalam negeri saja, tapi lebih kita tingkatkan lagi yang berorientasi untuk ekspor,” ungkap dia.

 

Persiapan Diri

KKP Dorong Ekspor Hasil Tangkap Ikan Nelayan Tradisional
Nelayan menurunkan ikan hasil tangkapan laut di Muara Baru, Jakarta, Kamis (29/3). Untuk mendorong ekspor komoditas perikanan KKP akan memberikan bantuan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk bisa masuk ke pasar Amerika dan Eropa, maka industri perikanan dalam negeri harus menyiapkan diri. Salah satunya dengan memanfaatkan ICS di mana merupakan tempat proses di sisi hilir mulai dari pemilihan, pembersihan, penyimpanan hingga pengemasan produk perikanan berlangsung.

“Dengan ICS produk yang keluar sudah bisa langsung kita ekspor,” lanjut dia.

Adapun untuk daerah produsen patin Indonesia saat ini, wilayah Sumatera masih yang terbesar dengan menyumbang 68,07 persen produksi patin nasional, Riau 8,14 persen, Kalimantan Selatan 10,06 persen, Kalimantan Tengah 8,81 persen, Jambi 6,43 persen, dan Jawa Barat 6,4 persen.

"Untuk itu, daerah-daerah produsen atau sentra patin akan terus kami maksimal, dengan memaksimalkan ICS nya sehingga ekspor patin nasional bisa terus kita tingkatkan,” paparnya.

Selain itu, KKP juga akan mem-branding patin nasional dengan nama Indonesia Pangasius yang artinya Patin Indonesia. Rencannya akan peluncuran merek ini akan dilakukan pada pameran di Dubai akhir bulan ini.

“Branding itu penting, jika patin Vietnam namanya Dori Fish, Patin kita namanya Indonesia Pangasius. Pangasius sendiri diambil dari nama Pangasius hypophthalmus nama ilmiah dari ikan patin sendiri,” tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya