Kerugian dan Kerusakan Bencana Alam di Sulteng Capai Rp 18,48 Triliun

Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Okt 2018, 20:44 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2018, 20:44 WIB
Pandangan Udara Kota Palu Usai Dilanda Gempa dan Tsunami
Pandangan udara memperlihatkan sejumlah bangunan rusak usai dilanda gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo disusul tsunami melanda Palu dan Donggala pada 28 September 2018. (JEWEL SAMAD/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Kerugian dan kerusakan akibat bencana alam di Sulawesi Tengah (Sulteng) mencapai Rp 18,48 triliun per 27 Oktober 2018. Angka ini meningkat dibandingkan 21 Oktober sebesar Rp 13,82 triliun.

"Diperkirakan dampak ekonomi berupa kerugian dan kerusakan akibat bencana di Sulawesi Tengah ini masih akan terus bertambah karena belum semua data kerusakan selesai dilakukan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan resminya, Minggu (28/10/2018).

Kerusakan tersebut adalah nilai kerusakan stock fisik asset. Sedangkan kerugian adalah arus ekonomi yang terganggu akibat bencana, yaitu pendapatan yang hilang dan atau biaya yang bertambah akibat bencana pada 5 sektor yaitu permukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.

Tercatat, kerugian tersebut berasal dari sektor permukiman mencapai Rp 9,41 triliun, sektor infrastruktur Rp 1,05 triliun, sektor ekonomi Rp 4,22 triliun, sektor sosial Rp 3,37 triliun, dan lintas sektor mencapai Rp 0,44 triliun.

Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 8,3 triliun, Kabupaten Sigi Rp 6,9 triliun, Donggala Rp 2,7 triliun dan Parigi Moutong mencapai Rp 640 miliar.

Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana. Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat.

"Terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 hingga 11,3 meter dengan landasan terjauh mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman di sana. Begitu juga adanya amblasan dan pengangkatan permukiman di Balaroa dan adanya likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang," imbuhnya.

Tim Hitung Cepat Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB dan UNDP, terus menghitung dampak dan kebutuhan untuk pemulihan nantinya. Kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun.

Dikatakan, tentu ini bukan tugas yang mudah dan ringan, namun Pemerintah dan Pemda akan siap membangun kembali nantinya.

 


Data Korban

Trauma Healing untuk Anak-Anak Korban Gempa Tsunami Palu
Seorang tim dukungan Psikososial bermain bersama anak-anak korban gempa tsunami Palu di halaman kantor Dinas Sosial Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10). Trauma healing dilakukan agar anak-anak kembali ceria. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sementara itu, data korban hingga 28 Oktober 2018, tercatat 2.086 orang meninggal dunia yaitu di Kota Palu 1.705 orang, Kabupaten Donggala 171 orang, Sigi 188 orang dan Parigi Moutong 15 orang.

Sebanyak 1.309 orang hilang. Korban luka-luka tercatat 4.438 orang, dan mengungsi sebanyak 206.524 orang.

"Secara umum kondisi masyarakat sudah kondusif, perekonomian masyarakat mulai berjalan normal. Sinyal telekomunikasi dan internet telah pulih. Pelayanan listrik PLN sudah mencapai 97 persen," jelasnya.

Pembangunan huntara terus dilakukan, baik yang dibangun pemerintah maupun dari berbagai pihak. Masyarakat sekitar pantai di Parigi Moutong mulai kembali ke rumahnya setelah sebelumnya mengungsi pada sejak 26 Oktober 2018.

Adanya hoax atau isu menyesatkan yang disebarkan banyak pihak bahwa akan terjadi gempa dan tsunami besar pada 26-28 Oktober 2018 menyebabkan ribuan masyarakat yang tinggal di pantai mengungsi ke daerah-daerah yang lebih tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya