BNI Belum Akan Dongkrak Bunga Kredit

Kenaikan suku bunga acuan BI berdampak pada margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).

oleh Bawono Yadika diperbarui 02 Nov 2018, 15:06 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2018, 15:06 WIB
Hari Pelanggan Nasional, Nasabah Bank Dapat Bingkisan
Nasabah mendapat bingkisan usai mengambil uang dari ATM saat peringatan Hari Pelanggan Nasional di Kantor BNI Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (4/9). (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) belum akan menaikkan bunga pinjaman atau kredit dalam waktu dekat ini. Untuk mencapai target laba tahun ini, BNI mendorongnya dari pendapatan nonbunga.

"Belum, belum ada perubahan. Belum ada penyesuaian juga ke rate kredit. Jadi kalaupun ada rencana, pasti kami sesuaikan. Di kredit konsumer juga belum," tutur Direktur Retail Banking BNI Tambok P Setyawati di Menara BNI, Jumat (02/11/2018).

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 150 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.

Tambok melanjutkan, kenaikan suku bunga acuan BI berdampak pada margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). Pada kuartal ketiga tahun ini, NIM BNI turun 21 bps menjadi 5,31 persen.

Hal tersebut terjadi karena BNI telah sedikit mendongkrak bunga simpanan, tetapi tidak mengimbanginya dengan menaikkan bunga kredit.

Corporate Secretary BNI, Ryan Kiryanto, mengungkapkan perseroan tetap dalam kondisi likuiditas yang baik meski NIM tertekan. "Jadi memang no issue BNI kalau soal likuiditas. Itu mungkin bank BUKU III yang agresif," terangnya.

Adapun menyiasati penekanan NIM itu, Ryan menjelaskan perseroan menutupinya dengan kenaikan pendapatan non bunga (fee based income) yang tumbuh 6 persen menjadi Rp 7,18 triliun.

"Jadi kita genjot juga fee based income. Kita genjot abis-abisan melalui jalur transaksional. Itu untuk mengkompensasi turunnya NIM," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BRI Bakal Naikkan Bunga Kredit hingga 50 Bps pada November

BRI dan OJK Hadirkan FinEXPO & SunDown Run 2018 di Puncak Perayaan Bulan Inklusi Keuangan
FinEXPO & SunDown Run 2018 di Puncak Perayaan Bulan Inklusi Keuangan.

Sebelumnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berencana menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada November 2018. 

Lantaran, langkah itu diambil guna menyesuaikan suku bunga acuan Bank Indonesia  yang tercatat naik sebesar 150 bps menjadi 5,75 persen. 

"Belum naik sama sekali kita (suku bunga), makanya net interest margin atau NIM-nya anjlok. Jadi November ini mau enggak mau harus, paling 50 bps," tutur Direktur Utama BRI Suprajarto di Bontang, Kalimantan Timur, seperti ditulis Senin (29/10/2018). 

Meski belum tercatat sama sekali menaikkan suku bunga perseroan, bank dengan penyaluran kredit terbesar ke sektor UMKM itu pun mengaku banyak menerima keluhan soal rencana kenaikan suku bunga.

"Mau enggak mau ya naikin 50 bps, tapi itu juga UKM sudah pada teriak," ujar dia.

Suprajarto menyebutkan, posisi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI untuk saat ini sebesar 7 persen. KUR sendiri berkontribusi sebanyak 76,9 persen dari keseluruhan penyaluran kredit BRI.

Akibat menahan kenaikan suku bunga itu, ujar dia, pertumbuhan margin bunga bersih (NIM) BRI pun anjlok 40 bps menjadi 7,61 persen di kuartal III 2018 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Karena (penyaluran kredit) kita kecil-kecil, jadi enggak mungkin kita naikin. NIM-nya otomatis langsung kegeret ke bawah, tapi masih normal menurut saya turunnya NIM ini," kata dia.

"Jadi memang kondisi ekonominya itu sangat tidak kondusif. Kita yang penting bagaimana mereka tetap sustain, tidak berimbas," ucap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya