Gara-Gara Durian, Sistem Kargo Bandara Bengkulu Dievaluasi

Kemenhub meminta maskapai dan pengelola bandara agar mengacu SOP yang berlaku untuk penanganan kargo berbau menyengat.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Nov 2018, 10:45 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 10:45 WIB
Kafe Durian
Buah durian terlihat di kafe Mao Shan Wang di Singapura (26/1). Restoran yang menyediakan beragam aneka rasa durian ini telah menarik banyak pengunjung untuk datang mencicipi buah durian di kafe tersebut. (AFP Photo/Nicholas Yeo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengevaluasi sistem pengemasan dan kargo di Bandara Fartawati Soekarno, Bengkulu. Evaluasi dilakukan pasca kejadian turunnya penumpang Sriwijaya Air SJ091 rute Bengkulu-Jakarta pada 5 November 2018 akibat bau menyengat durian yang diangkut pesawat.

"Untuk mengatasi agar kejadian ini tidak terulang lagi, kami sudah berkoordinasi dengan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VI Padang. Rencananya, Tim akan melakukan evaluasi terkait tata cara pengemasan dan proses loading kargo barang-barang yang mempunyai bau unik agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan penumpang," kata Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Fatmawati Sukarno Anies Wardhana dalam keterangannya, Rabu (7/11/2018).

Hasil evaluasi tersebut akan disosialisasikan bersama oleh UPBU Fatmawati Bengkulu, Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VI Padang dan pihak Sriwijaya kepada stakeholder termasuk pihak shipper terkait penanganan dan pengangkutan barang-barang yang mempunyai bau khas.

Di juga memastikan bahwa durian yang diangkut di dalam bagasi pesawat hanya 2.025 kg bukan mencapai 3 ton seperti informasi yang beredar.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, M. Pramintohadi Sukarno meminta kepada pihak maskapai penerbangan dan pengelola bandara agar mengacu pada SOP yang berlaku untuk penanganan dan pengangkutan kargo atau barang-barang berbau menyengat supaya tidak mengganggu kenyamanan penumpang.

“Membawa durian, terasi, ikan asin dan barang berbau menyengat ke pesawat memang tidak dilarang, karena durian tidak termasuk kategori dangerous goods, namun dalam penanganannya ada SOP dan harus mengacu pada SOP tersebut," ujar Pramintohadi.

Kehadiran bandara di suatu wilayah untuk memudahkan masyarakat membawa atau mengangkut hasil bumi dan komoditi di daerah tersebut ke daerah lain menjadi lebih cepat.

Dia mencontohkan, salah satu komoditi dari daerah Bengkulu, durian, sudah diangkut dengan pesawat sejak 2015.

“Boleh saja mengangkut komoditi seperti durian, terasi, ikan asin dan barang lain yang mempunyai bau khas dan menyengat. Namun, yang harus diperhatikan adalah proses pengemasannya sampai dengan loading kargo tersebut ke bagasi pesawat, harus sesuai dengan SOP yang berlaku, jangan sampai penumpang merasa tidak nyaman dengan bau-bauan yang ditimbulkan," jelas Pramintohadi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pesawat Sriwijaya Tunda Terbang karena Bau Durian

Ilustrasi durian (AFP)
Ilustrasi durian (AFP)

Sebelumnya, penerbangan Sriwijaya SJ 091 rute Bengkulu-Jakarta terpaksa menunda keberangkatan akibat pihak maskapai bersitegang dengan penumpang pada Minggu 4 November 2018. Sebab, penumpang merasa terganggu dengan aroma durian yang masuk ke ruang kabin pesawat.

Kejadian bermula ketika penumpang mulai memasuki ruang kabin pesawat. Penumpang mencium aroma durian dan kondisi kabin panas. Akhirnya penumpang dan pihak Sriwijaya sempat adu mulut mengenai kondisi tersebut. Ternyata terdapat durian dalam bagasi pesawat.

Humas Sriwijaya Air Willy membenarkan kejadian tersebut. Namun, dia mengungkapkan, mengangkut durian dalam bagasi pesawat itu tidak melanggar aturan. 

"Betul Mas, kejadian tersebut. Tapi sesuai SOP kita enggak salah kok mengangkut durian," katanya dilansir merdeka.com.

Dia mengungkapkan, durian yang sempat dipindahkan itu akhirnya diterbangkan juga ke Jakarta menggunakan maskapai lain. Sehingga, Willy meyakini apa yang dilakukan pihaknya bukan merupakan pelanggaran.

"Yang pasti pada akhirnya durian itu dipindah dan jadi diterbangkan oleh maskapai lain. Jadi, sebetulnya enggak salah, kan?" ujarnya.

Untuk diketahui, peristiwa ini pertama kali diceritakan oleh personel Band Steven and The Coconut Treez, Amir Zidane, melalui akun Facebook-nya. Berikut unggahannya. 

Assalamualaikum wr.wb

Pada akhirnya harus saya menceritakan kejadian pagi tadi di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Setelah selesai Band saya Steven & Coconut Treez perform kemaren malam di acara soundsation di Pantai Panjang Bengkulu.

Paginya, saya bersama temen-teman back to Jakarta menumpang pesawat Sriwijaya SJ 091. Rencana take off 10:50. Setelah menunggu beberapa saat di ruang tunggu, tibalah penumpang di panggil untuk menaiki pesawat. Rombongan kita naik terakhir di antara penumpang lain.

Saat memasuki pesawat, aroma DUREN sudah terasa. Makin lama makin menyengat + panas (AC off) gimana rasanya??? Saya panggil pramugari, saya complain. Udah bau duren plus panas. Si pramugari menyodorkan kertas, dia bilang "Pak..kalo complain,isi aja ya di kertas itu" hah????

Si pramugari saya lihat coba berbicara sama petugas. Lama kelamaan saya jengkel juga, kok di anggap sepi ini complain. Akhirnya saya bangun dari kursi dan samperin pramugari itu lagi. Akhirnya saya berhadapan dengan si petugas, si petugasnya ngomong gini: "Pak..pesawat sudah mau take off kok. Ntar kalau sudah di atas bau durennya pasti hilang. Di situlah asal muasal kemarahan saya. Kemudian si petugas tadi masuk ke kockpit dan bicara dng Kapt Pilot. Trus keluar dan bicara.

Petugas : "kita tetap terbang ya Pak..nanti baunya hilang kok."

Saya : Mas...ini bau durennya parah banget, 1 jam loh kita nyium bau beginian nanti di atas. Trus kamu tahu enggak kecelakaan pesawat Mandala yang gagal take off di Medan???"

Akhirnya saya berteriak ke arah penumpang lain. "Apakah yang ada di pesawat ini mau terbang??? Jawab penumpang "tidaaakkkk!!

Saya: Nah..lihat ya mas, enggak ada yang mau terbang, berarti bukan hanya saya, tetapi seluruh penumpang di pesawat ini!!!""

Petugas : "Aman kok mas..."

Saya: "Mas ini pasti durennya banyak,soalnya baunya parah"

Petugas: "Ada sekitar 3 ton mas..."

Saya: "Hah?? 3 ton??"

Akhirnya saya dan team maksa turun dari pesawat,dan di ikuti oleh penumpang lain. Sampai di bawah saya sedikit bersitegang dengan petugas. Bahkan teman-teman hampir bentrok fisik dengan mereka. Saya tetep ngotot untuk enggak mau terbang kecuali duren. Duren yang 3 ton itu di turunkan.

Ngototnya saya di dukung oleh seluruh penumpang. Bahkan ada ibu2 yang sudah tua sangat tersiksa dengan bau duren tersebut. Mereka semua baru bersuara (tahu donk kalau emak-emak ngomel).

Setelah perdebatan panjang akhirnya si petugas itu bilang "ok..duren kita turunkan...Bpk2 dan Ibu2 silahkan menunggu di ruang tunggu""

Saya enggak mau percaya begitu saja omongan si petugas, "mas..penumpang akan sy bawa ke ruang tunggu, tetapi harus ada dari pihak kita yg akan memastikan bahwa duren2 itu benar benar turun. Gimana???"

Petugas : OK

Akhirnya kita menuju ke ruang tunggu, dari jarak kira2 50 meter kita melihat duren2 itu di turunkan. Video ini di ambil dari M Rival Himran. Singkat cerita akhirnya kita terbang jam 12:05 dan landing dengan selamat jam 13:00

Saat saya keluar dari terminal, saya kembali bertemu dengan pramugari yang di pesawat tadi.kita ngobrol

Pramugari : " Pak...mohon maaf kejadian tadi ya...kita enggak bisa berbuat apa-apa. Asal Bapak tahu...Kapten pilot sudah memberi warning akan ada masalah dengan duren-duren itu, jumlahnya sangat banyak, dan packagingnya jelek"

Nah....ternyata kapt pilotnya juga enggak setuju untuk bawa itu duren 3 ton!! Terus siapa itu berani beraninya nyuruh terbang????? Siapa ni orang???? Sriwijaya Air

Akhir kata, JANGAN HERAN KALAU PESAWAT KITA KECELAKAAN TERUSSS!!!!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya