Liputan6.com, Jakarta - PT PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) tengah merancang infrastruktur pengisian listrik cepat (fast charging) untuk menfasilitasi kebutuhan energi bagi kendaraan listrik.
General Manager PLN Disjaya M Ikhsan Asaad mengatakan, untuk mengantisipasi membanjirnya penggunaan mobil listrik, PLN sebagai perusahaan energi terus melakukan persiapan. Salah satunya adalah menyediakan infrastruktur pengisian listrik fast charging di beberapa titik strategis.
"Sekarang kami mau bikin fast charging. Untuk tahap pertama lima titik di kota besar. Kalau populasi bertambah akan ditambah. Bis listrik juga ada. Saya juga mau nambah di rest area tol misalnya," kata Ikhsan, saat menghadiri acara Indonesia Best Electricity Award (IBEA) ke 4, di Jakarta, Rabu (14/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
PLN Disjaya telah mendapat alat pengisian kendaraan listrik fast charging dari BMW. Alat tersebut akan dikembangkan bersama BMW untuk memperbanyak pemasangannya.
"Tapi kami kembangkan bersama BMW juga. Mereka kasih kami. Nah, ke depan kami bikin kembangin lagi," tuturnya.
Menurut Ikhsan, alat pengisian energi kendaraan listrik fast charging jauh lebih mahal, ketimbang Stasiun Pengisan Listrik Umum (SPLU) yang saat ini sudah terpasang sebanyak 1.7000 unit.
Saat ini SPLU dimanfaatkan pedagang kaki lima dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). "Sekarang kan peruntukannya untuk pedagang kaki lima, UMKM supaya enggak nyantol-nyantol lagi. Jadi lebih mudahlah," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mobil Listrik Hemat Energi hingga 80 Persen
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, penggunaan mobil listrik mampu menghemat energi hingga 80 persen dibanding mobil berbahan bakar minyak (BBM).
Bahkan, jika dibandingkan dengan kendaraan hybrid yang mengkombinasikan BBM dan listrik, ada penghematan energi hingga 50 persen.
"Tadi Pak Menristek, katakan hasil studi sudah pasti EV (electric vehicles) dengan internal combation engine (BBM), EV itu akan lebih hemat. Yang hybrid saja hasilnya kira-kira 50 persen, jadi penghematan kira-kira 50 persen dari energi," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (6/11/2018).
BACA JUGA
Sementara untuk yang kendaraan dengan mesin plug in hybrid, energi bisa dihemat hingga 80 persen. Hal ini memberikan dampak signifikan terhadap penghematan BBM.
"Lalu yang plug in hybrid itu hampir 75 persen sampai 80 persen," kata dia.
Jika dibandingkan dengan penggunaan pencampuran CPO ke solar sebanyak 20 persen atau B20, maka penghematan penggunaan BBM akan lebih besar lagi. Bahkan, dua kali lebih hemat dari penghematan BBM yang diklaim mencapai 6 juta kilo liter (KL).
"Artinya kalau B20 saja sudah bisa hemat sekitar 6 juta KL, maka dengan hybrid atau plug inhybrid akan ada dua kali penghematan," ucap dia.
Advertisement