Embung Pea Parsinagaan Mengairi Lahan Pertanian hingga Dukung Pariwisata

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Embung Serbaguna Pea Parsinagaan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Nov 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 10:30 WIB
(Foto: Dok Kementerian PUPR)
Embung baru di Sumatera Utara (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Embung Serbaguna Pea Parsinagaan di Kecamatan Ronggor Nihuta, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. 

Ini untuk mendukung pengembangan Danau Toba sebagai salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Pembangunan embung ini memberikan manfaat sebagai tampungan air untuk mengairi 200 Ha lahan pertanian dan pemenuhan kebutuhan air baku di sekitar wilayah tersebut yang langka air.

"Pembangunan bendungan, embung, dan infrastruktur sumber daya air lainnya adalah upaya mencapai ketahanan air dan kedaulatan pangan sebagai bagian dari Nawacita," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis, Kamis (15/11/2018).

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II, Roy Pardede mengatakan, selama ini masyarakat sekitar membutuhkan pasokan air untuk dimanfaatkan dalam mengairi lahan persawahan dengan komoditas, seperti jagung, kacang, dan sayuran.

"Kementerian PUPR memutuskan untuk membangun embung ini, guna meningkatkan tambahan tampungan air bagi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Palipi dan Kecamatan Ronggor Nihuta," ujar dia.

Roy menambahkan, selain sebagai bangunan tampungan air, embung Serbaguna Pea Parsinagaan dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata. Nantinya, masyarakat juga dapat melakukan budidaya perikanan di sekitar embung ini, di samping fungsi lainnya sebagai sumber air irigasi.  Ia menambahkan, masyarakat sebelumnya harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Namun dengan telah dibangunnya embung ini, masyarakat setempat merasakan manfaatnya yang besar. Masyarakat merasa senang dan bersyukur atas manfaat yang banyak," sambungnya.

Embung Serbaguna Pea Parsinagaan memiliki luas genangan air sebesar 33,09 ha, dengan debit volume tampungan air sebanyak 486,10 m3. Pekerjaan pembangunan embung dilengkapi dengan saluran pengelak (intake) dan pembuatan bangunan pelimpah saluran.

Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II menjadi pihak pembangun embung serbaguna Pea Parsi agaan sejak April 2018, dan telah selesai pada November 2018. Dana pembangunan bersumber dari APBN 2018 sebesar Rp 7,97 miliar, serta bantuan sokongan dari kontraktor PT Siman Eranesia Ardesplan.

 

Kementerian PUPR Bangun Bendung Karet Kali Perawan

(Foto: Dok Kementerian PUPR)
Kementerian PUPR bangun bendungan Karet Kali (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Sebelumnya, kawasan permukiman dan lahan pertanian di Pantai Utara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kerap mengalami banjir akibat pasang-surut dan intrusi air laut yang mengakibatkan air menjadi payau dan tidak layak untuk dikonsumsi atau untuk mengairi lahan persawahan. 

Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) pada 2018 telah menyelesaikan pembangunan Bendung Karet Kali Perawan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur.  

Kehadiran bendung karet akan mengurangi risiko banjir di 3 (tiga) desa seluas 380 hektare (ha), yakni Desa Kertawinangun, Desa Ilir dan Desa Soge.

Selain mengatasi banjir dan intrusi air laut, pembangunan Bendung Karet yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Ditjen Sumber Daya Air juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air atau long storage.  

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan pembangunan bendung karet seperti ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk pengelolaan air tawar.  

"Pembangunan bendung tidak membutuhkan pembebasan lahan karena menggunakan badan sungainya sendiri. Desain dan konstruksinya lebih sederhana dibanding pembangunan bendungan. Biayanya pun lebih kecil yakni untuk Bendung Karet Kali Perawan sebesar Rp 67,4 miliar," ujar dia dalam keterangan resmi, Jumat (9/11/2018).

Pada saat musim kemarau, pintu bendung akan ditutup sehingga menjadi long storage yang bisa menampung air lebih dari 1 juta m3 dan sekaligus mencegah intrusi air laut ke sungai.

Sementara pada musim hujan, pintu bendung akan ditutup hingga ketinggian air mencapai elevasi 1,9 meter, yang kemudian dialirkan ke laut dengan kapasitas 255,18 m3 per detik. 

Dengan tetap terjaganya debit air di sungai tersebut maka dapat digunakan untuk mengairi daerah irigasi seluas 2.307 ha dan diharapkan dapat membantu peningkatan jumlah panen dari 2 kali menjadi 3 kali panen dalam setahun. 

Selain itu, bendung karet ini juga dimanfaatkan untuk mengairi daerah perikanan air tawar seluas 200 ha. Untuk mengakomodir kebutuhan para petani garam, akan dibuat saluran khusus mengalirkan air laut ke tambak-tambak garam sepanjang 1 km.  

Kepala BBWS Citarum, Bob Arthur Lombogia, menyatakan, pengerjaan proyek pembangunan bendung karet tersebut dilakukan sejak Maret 2017 hingga Oktober 2018. Pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor PT PP (Persero) Tbk. 

Bob menjelaskan, bendung karet dengan pelindung baja sepanjang 22 meter tersebut memiliki kelebihan pada masa umur pakai karet yang lebih lama karena terlindungi panel baja.

"Selain itu, waktu untuk menaikkan dan menurunkan muka air lebih cepat daripada bendung karet tanpa panel baja dan dapat dioperasikan sesuai kebutuhan atau elevasi muka air yang diinginkan," tuturnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya