Sektor Migas Bikin Impor RI Naik 20,60 Persen

Impor migas naik disebabkan oleh nilai impor minyak mentah yang mengalami kenaikan sebesar 20,72 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 15 Nov 2018, 15:07 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 15:07 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Oktober 2018 sebesar USD 17,62 miliar. Angka ini naik tajam sebesar 20,60 persen jika dibandingkan dengan September 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan impor ini salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan impor migas sebesar USD 2,91 miliar atau naik 26,97 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Jadi kalau kami lihat, impor nasional pada Oktober ini naik 20,60 persen dibanding September 2018. Penyebab impor tumbuh tinggi adalah karena impor migas itu naik dari USD 2,29 miliar jadi USD 2,91 miliar atau naik 26,97 persen," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Impor migas naik disebabkan oleh nilai impor minyak mentah yang mengalami kenaikan sebesar 20,72 persen. Tidak hanya itu, nilai impor hasil minyak juga naik 30,46 persen dan gas naik 18,2 persen.

"Yang membuat impor migas kita naik, nilai minyak mentah naik 20,72 persen, nilai hasil minyak naik 30,46 persen, gas naik 18,2 persen. Jadi itu terjadi karena peningkatan impor minyak mentah, hasil minyak maupun gas," jelasnya.

Di sisi lain impor nonmigas Indonesia juga mengalami kenaikan 19,42 persen. Apabila dibandingkan dengan Oktober 2017, impor nonmigas Indonesia mengalami kenaikan sebesar 23,66 persen.

"Kalau kita lihat trennya, November akan naik sedikit dan Desember akan melandai. Tentu kita berharap kedepan impor ini bisa lebih dikendalikan," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Neraca Perdagangan Indonesia Defisit USD 1,82 Miliar pada Oktober 2018

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Aktivitas pekerja saat bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Suhariyanto mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar USD 1,82 miliar pada Oktober 2018. Defisit ini berasal dari impor sebesar USD 17,62 miliar dan ekspor sebesar USD 15,80 miliar.

"Dengan menggabungkan impor dan ekspor maka neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar USD 1,82 miliar pada Oktober 2018," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Impor Indonesia pada Oktober meningkat tajam sebesar 20,60 persen jika dibandingkan pada September 2018. Sementara jika dibandingkan dengan Oktober 2017, impor naik 23,66 persen.

"Ini karena impor migas naik sebesar 26,97 persen dan non migas naik 19,42 persen jika dibandingkan dengan September 2018," jelas dia.

Sektor migas mencatatkan impor sebesar USD 2,91 miliar pada Oktober. Sementara pada sektor non migas sebesar 14,71 miliar. "Impor ini tetap menjadi perhatian pemerintah, supaya bisa dikendalikan," jelasnya.

BPS juga mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2018 sebesar USD 15,80 miliar. Angka tersebut naik 3,59 persen dibanding Oktober 2017 dan naik 5,87 persen dibanding September 2018.

Sektor migas menyumbang ekspor USD 1,48 miliar. Sementara non migas menyumbang USD 14,32 miliar.

"Ada kenaikan pada ekspor migas yaitu pada nilai gas. Sementara pada nilai hasil minyak dan minyak mentah turun," tutur dia.

Secara per sektor dibanding bulan sebelumnya, ekspor Indonesia dari sektor pertanian menurun sebesar 0,92 persen dan mencatat nilai ekspor sebesar USD 0,3 miliar. Kemudian, industri pengolahan naik 6,40 persen mencatat nilai USD 11,59 miliar.

"Pertambangan turun 0,58 persen secara month to month (MTM). Sehingga, ekspor non migas menyumbang 90,62 persen dari total ekspor Oktober 2018," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya