Jagung Impor Brazil dan Argentina Mulai Masuk di Desember

Besaran jagung yang diimpor berdasarkan kesepakatan pemerintah maksimal 100 ribu ton.

oleh Merdeka.com diperbarui 08 Nov 2018, 13:51 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2018, 13:51 WIB
Panen Raya, Petani Tuban Hasilkan 33,7 Ton Jagung
Hamparan ladang jagung saat panen raya di Tuban, Jawa Timur, Jumat (9/3). Panen raya tersebut menghasilkan 33,7 ton jagung. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Jagung impor dipastikan mulai masuk ke Indonesia pada Desember 2018. Pasokan jagung impor ini diperuntukkan bagi pakan ternak.

Direktur Pengadaan Bulog, Bachtiar memastikan jagung impor akan segera tiba di Indonesia. "30 hari pengapalannya. Pokoknya akhir Desember ini masuk,” kata dia di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (8/11/2018).

Dia menjelaskan, besaran jagung yang diimpor berdasarkan kesepakatan maksimal 100 ribu ton. Jagung impor tersebut bakal didatangkan ke Indonesia dalam dua tahap. "Itu sekali pengapalan ini 70 ribu ton, terus 30 ribu ton. Bertahap ya,” ujarnya.

Adapun asal negara pengimpor jagung impor tersebut adalah Argentina dan Brazil.

Sebelumnya, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengimpor jagung pakan ternak sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton pada akhir 2018. Jagung impor ini untuk menjaga kebutuhan para peternak mandiri.

Hal tersebut diputuskan usai pemerintah melangsungkan rapat koordinasi (rakor) terbatas yang dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/11/2018).

Adapun sejumlah menteri yang hadir dalam rakor ini adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Selain itu hadir juga Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, keputusan impor jagung tersebut sudah disepakati oleh beberapa kementerian terkait. Mengenai skemanya nanti akan diserahkan melalui Perum Bulog.

"Artinya bulog ditugaskan menteri BUMN sudah seperti itu aturannya," kata I Ketut saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta.

Dia menyebut, keputusan impor jagung ini juga sebagai pertimbangan atas harga jagung yang saat ini kian melambung. Akbitanya sejumlah peternak pun banyak yang merasakan keberatan.

"Jagung kan mahal nih. Supaya biar terjangkau misalnya harganya sampai Rp 4.000 per kilogram kan sesuai HPP (Harga Pokok Penjualan) maka diintervensi," jelasnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Pengamat: Impor Jagung Harus Dipercepat sebelum Masa Panen

Kementan
Bambang Sugiharto menyatakan bahwa berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) disimpulkan produksi dan pasokan jagung tahun 2018 surplus sebesar 12 juta ton pipilan kering (PK).

Pengamat Pangan dan Pertanian Khudori menilai langkah impor jagung sebesar 50.000-100.000 ton yang dilakukan pemerintah merupakan satu hal yang baik dalam rangka mengontrol harga pakan ternak.

Namun begitu, ia mendesak upaya itu harus segera dilakukan sebelum memasuki masa panen dan menyebabkan produksi jagung dalam negeri jadi melimpah.

Khudori mengaku memahami maksud impor jagung sebagai usaha untuk mengakomodasi kebutuhan peternak, khususnya peternak kecil. Sebab, banyak peternak yang mengaku sulit mendapatkan stok jagung. Jika pun ada, lanjutnya, maka secara harga juga tinggi.

"Harga jagung impor pasti lebih murah. Jika jagung impor bisa didatangkan segera, dalam konteks kebutuhan peternak, ya kita perlu," ucap dia kepada Liputan6.com, Rabu (7/11/2018).

Namun demikian, dia menyayangkan inisiatif impor jagung oleh pemerintah yang dirasanya sedikit telat. "Itu bagus, tapi terus terang rada telat. Impor butuh waktu normal itu antara 2-3 bulan," jelasnya.

Sebab, ia melanjutkan, peternak jagung lokal pun dalam waktu dekat ini akan merayakan masa panen. "Sekitar akhir November ini mungkin bakal ada panen. Kalau itu benar, jadi enggak terlalu penting impor. Kecuali impor besok datang, itu bagus. Kalau benar akhir bulan dan akhir tahun kita panen dan itu cukup, impor bakal mubazir," dia menegaskan.

Lebih lanjut, Khudori juga turut menyoroti persoalan data produksi jagung dalam negeri yang terbilang masih ambigu. Dia menyarankan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk segera merilis data valid terbaru soal jagung.

"Yang kita tunggu follow up BPS soal data ini. Basic data sih, itu yang jadi persoalan. Soalnya ini masih basis data pakai metode lama," imbuh dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya