4 Cara Cerdas Ajarkan Keuangan ke Anak

Memanjakan anak tidak baik untuk membantu anak memahami keuangan. Apalagi tips keuangan untuk para orang tua?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Nov 2018, 08:41 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2018, 08:41 WIB
Anak main di lantai (iStock)
Ilustrasi anak bermain di lantai (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu keluhan di dunia pendidikan adalah tiadanya pelajaran mengenai mengelola uang untuk para pelajar. Bila begini, orang tua menjadi sekolah pertama yang perlu mengajarkan dunia finansial.

Dilansir dari Financial Advisor, membahas uang dengan anak bukan berarti membahas gaji dengan si buah hati, melainkan mengajarkan mereka mengenai konsep dan nilai keuangan yang nantinya akan mereka pakai.

Hal ini menantang karena tentunya berbicara uang dengan anak tidak semudah menyuruh mereka sukses, dan tidak realistis mengajak anak ke penasihat keuangan.

Untuk mengakali hal tersebut, berikut empat tips dari Financial Advisor yang bisa membantu para orang tua yang ingi menjelaskan konsep uang pada anaknya.

1. Libatkan Anak

Ilustrasi Anak Jenius (iStockphoto)
Untuk Menjadikan Anak Jenius Tidak Cukup Hanya dengan Perbanyak Baca Buku, tapi Juga Melakukan Hal yang Lain (Ilustrasi/iStockphoto)

Melibatkan anak bukan berarti mengajak mereka menulis anggaran rumah tangga atau menghitung tabungan. Mulai dari aktivitas finansial yang ada di keseharian.

Ajak anak terlibat di hal-hal yang sederhana dulu. Misal, memberikan mereka uang ke kasir saat melakukan transaksi, ajak mereka ke bank untuk membuka tabungan, atau ajak mereka duduk ketika sedang membayar tagihan secara online.

2. Ajarkan Menabung dan Cara Memakai Uang

Merencanakan Dana Pendidikan Anak Semudah Menggenggam Smartphone
Ilustrasi mengatur keuangan.

Memiliki kemampuan menabung dan membuat keputusan pengeluaran akan sangat memberdayakan kemampuan finansial anak. Dalam hal ini, orang tua diminta berkomunikasi pada si anak agar memberikan kontribusi jika mereka ingin sesuatu.

Misal, jika mereka ingin smartphone atau tablet baru, ajak mereka untuk ikut berperan dalam pembelian, seperti turut menyumbangkan uang tabungan mereka. Ini bisa membantu mereka memahami bahwa membeli suatu materi berarti harus mengorbankan materi lain.

3. Anak Butuh Guru, Bukan Sinter Klas

Ilustrasi menulis
Ilustrasi anak menulis. (dok. pexels.com/Asnida Riani)

Ternyata tak sedikit orang tua yang bangga jika memiliki kemampuan untuk memberikan segala macam hal kepada anak mereka, dan hal tersebut dipandang sebagai semacam kesuksesan.

Namun, perlu diketahui bahwa hal demikian justru merugikan si anak, sebab itu akan mencegah mereka memahami kenyataan dan konsep dari keuangan.

Memberikan ekspektasi agar anak bisa bertanggung jawab terhadap kehidupan finansial tidak sama dengan tidak memberikan kebutuhan si anak. Justru jika si anak tidak diberikan pemahaman tentang tantangan yang ada di dunia keuangan, itu akan membuat mereka kesulitan mengelola uang ketika sudah besar nanti.

4. Bagaimana Bila Anak Mulai Berbisnis?

Kelompok remaja (iStockphoto)
Ilustrasi kelompok remaja (iStockphoto)

Jika anak sudah mengerti keuangan, sebagian mungkin ingin mencoba membuka bisnis atau jasa sederhana untuk mencari uang sendiri. Tentu saja orang tua harus merayakan semangat seperti itu. Tetapi pendidikan finansialnya belum selesai.

Di sini orang tua bisa menahan diri untuk bermain seperti Sinter Klas, terkadang pasti orang tua ingin membantu membayarkan uang bensin. Mesti itu menarik, hal tersebut dapat membuat ekspektasi tidak realistis tentang mudahnya kesuksesan dan mencegah anak memahami bagaimana bisnis berfungsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya